Ahad 28 Dec 2014 14:45 WIB

Rektor: UII Jadi PTS Terfavorit di DIY

Rep: Heri Purwata/ Red: Erdy Nasrul
Kampus UII di Yogyakarta.
Foto: Antara
Kampus UII di Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Harsoyo mengatakan berdasarkan Pusat Data dan Analis Tempo (PDAT) tentang pengetahuan dan persepsi calon mahasiswa, UII merupakan perguruan tinggi swasta (PTS) terfavorit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Harsoyo mengungkapkan hal tersebut pada wisuda periode II 2014/2015 di Auditorium Kahar Mudzakkir, Sabtu (27/12).

Ada sebanyak 574 orang lulusan dari program strata satu (S1), program magister dan program doktor. Sejak didirikan hingga saat ini, UII telah meluluskan sebanyak 75.536 orang lulusan. Dijelaskan Harsoyo, faktor pertimbangan terpilihnya UII menjadi PTS terfavorit di DIY di antaranya, lulusan berkualitas, fasilitas kampus lengkap, lulusannya bekerja di mana-mana, nama besar perguruan tinggi dan lulusannya banyak menjadi orang terkenal.

Infrastruktur, kata Harsoyo, menjadi perhatian UII sebagai penunjang proses belajar bagi mahasiswa. Salah satunya, laboratorium unggul dan berkualitas yaitu Laboratorium Penguji Obat, Makanan  dan  Kosmetik Prodi Farmasi. "Laboratorium ini telah meraih sertifikat ISO/IEC 17025-2008 pada November 2014," katanya.

Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa, UII telah menjalin kerjasama dengan berbagai  instansi. Fasilitas ini telah memunculkan kreativitas mahasiswa dan berhasil meraih sejumlah gelar juara.

Sementara Syah Rizal Hamdallah wakil alumni pada wisuda UII periode II Tahun 2014/2015 mengatakan lulusan perguruan tinggi di Indonesia harus memiliki lima prinsip untuk memenangkan persaingan global. Kelima prinsip adalah mimpi dan cita-cita, perencanaan, berani tampil beda, jalin silaturahim, dan berdoa.

Syah Rizal merupakan alumni Program Internasional  jurusan Bisnis UII tahun 1998 dan kini menjabat sebagai Direktur Fellow Global Innovation and Breakthrough Navigation, SC Johnson Chicago, Amerika Serikat. "Tentukan cita-cita, ingin menjadi seperti apa kalian nanti. Jika tidak memiliki mimpi atau cita-cita, maka ibarat ingin naik kereta tapi tidak tahu mau kemana tujuannya. Sama halnya dengan menempuh pendidikan tinggi-tinggi tetapi tidak punya cita-cita. So, what’s the point?" kata Syah Rizal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement