Selasa 23 Dec 2014 06:55 WIB

UMM Kantongi Hak Paten Pembibitan Tanaman Jarak Pagar

Rep: Heri Purwata/ Red: Hazliansyah
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L).
Foto: Litbang.deptan.go.id
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Muhadjir Effendy mengatakan perguruan tinggi yang dipimpinnya telah memiliki hak paten pembibitan tanaman jarak pagar. Saat ini, bibit tanaman jarak hasil penelitian UMM telah memiliki rendemen 34 sampai 35 persen.

"Jarak pagar itu bisa berproduksi bagus jika rendemennya sudah mencapai 40 persen. Kini riset terus kita dilakukan . untuk meningkatkan rendemen agar menjadi 40 persen," kata Muhadjir Effendy kepada Republika di ruang kerjanya, Ahad (21/12).

Tanaman jarak pagar temuan UMM, kata Muhadjir, memiliki beberapa keunggulan. Selain rendemen yang tinggi, tanaman jarak temuan UMM bisa hidup di daerah yang banyak air dan daerah kering.  

Untuk pengembangan, UMM telah bekerjasama dengan sebuah perusahaan di Jepang. Kini UMM telah memiliki kebun jarak pagar seluas 12.000 hektare dan sudah menghasilkan minyak jarak. 

"Hasilnya memang belum optimal. Minyaknya kita ekspor ke Jepang," kata Muhadjir sambil menambahkan UMM akan mencari lahan yang lebih luas untuk pengembangan.

Selain dengan Jepang, UMM juga telah menandatangi naskah kerjasama dengan Kroasia. Namun untuk implementasi dengan Kroasia belum terwujud karena ada kendala. "Ketika mau mem-follow up MoU, orang Krosia ke sini, saya sedang di Eropa," katanya.

Riset tanaman jarak ini merupakan salah satu penelitian unggulan UMM dalam bidang energi dan pangan. Bahkan penelitian UMM ini sudah berstatus mandiri yang mendapat blockgrand dari Kementerian Pendidikan Tinggi. 

"UMM telah berstatus penelitian mandiri. Di Indonesia hanya ada 11 perguruan tinggi yang berstatus penelitian mandiri dari perguruan tinggi negeri dan swasta. Swastanya hanya ada dua yaitu UMM dan UPN Veteran Surabaya," katanya.

Dijelaskan Muhadjir, penelitian jarak pagar ini dimulai pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Waktu itu, UMM juga menjadi mitra pemerintah untuk mengembangkan jarak pagar. Namun pemerintah menghentikan penanaman jarak pagar walaupun telah menghabiskan anggaran mencapai ratusan miliar rupiah. 

"Tetapi saya meminta untuk melanjutkan riset pengembangan jarak pagar. Sedang dana penelitian dari universitas dan fee perusahaan mitra UMM," katanya.

Muhadjir memandang riset pengembangan energi terbarukan ini sangat penting di masa depan. Ia merasa optimis, jika lima tahun ke depan jarak pagar yang dikembangkan UMM bisa menghasilkan bio fuel berkualitas tinggi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement