Senin 17 Nov 2014 16:52 WIB

K-13 Tuntut Guru Lebih Inovatif

Rep: Lilis Handayani/ Red: Indah Wulandari
Seorang guru menunjukkan buku paket kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMPN 11 Tegal, Jateng, Selasa (9/9).
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Seorang guru menunjukkan buku paket kurikulum 2013 mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMPN 11 Tegal, Jateng, Selasa (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU--Penerapan kurikulum 2013 (K-13) diakui sejumlah guru memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan kurikulum sebelumnya. Untuk mengatasi hal itu, para guru dituntut memiliki inovasi dalam memberikan pengajaran kepada para murid.

Hal itu diungkapkan seorang guru di SDN Margadadi IV, Rini. Dia menyatakan, untuk mempermudah pengajaran kepada para siswa, maka guru sebaiknya menggunakan alat peraga.

''Dalam K-13, guru tidak boleh lepas dari alat peraga, supaya lebih mudah dalam mengajar,'' ujar perempuan yang mengajar murid kelas satu di sekolah tersebut, Senin (17/11).

Rini menyatakan, alat peraga tersebut tak perlu yang mahal ataupun harus dibeli di toko. Menurutnya, alat peraga bisa dibuat sendiri oleh guru.

Rini mencontohkan, dalam memberikan pelajaran tentang penambahan dalam Matematika, dia membuat sendiri alat peraga dari sedotan. Dengan melihat sedotan itu, para murid akan lebih cepat memahami penambahan dibandingkan tanpa menggunakan sedotan.

Rini pun mengakui, penerapan K-13 memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi, baik dalam pengajaran maupun penilaian terhadap hasil belajar siswa. Para guru, dituntut untuk teliti dan rinci dalam memberikan pengajaran.

''Kalau (kurikulum) dulu, pelajaran dirunut dari dasar. Kalau dalam kurtilas, pelajaran di awal bisa langsung ke materi yang lebih tinggi,'' kata Rini.

Untuk menyiasati hal itu, selain menyiapkan alat peraga, Rini juga mengaku harus mempersiapkan pengajaran sehari sebelumnya. Dengan demikian, dia sudah tahu harus memberikan materi apa kepada para siswa.

''Jadi harus siap-siap besok mau mengajar apa supaya tidak kewalahan. Kalau langsung mengajar tanpa ada persiapan sebelumnya, ya susah,'' tutur Rini.

Rini menambahkan, kesulitan lain dalam penerapan K-13 adalah keterlambatan pengadaan buku. Dia berharap, masalah tersebut harus segera diselesaikan.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement