Rabu 24 Sep 2014 12:52 WIB

Terkait Penjelasan 4x6 tak Sama dengan 6x4 Akibat Kurang Komunikasi

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Bilal Ramadhan
Mahasiswa Undip, M Erfas Maulana mengunggah foto yang berisi tugas adiknya yang menjad perbincangan di media sosial
Foto: foto unggahan dari M Erfas Maulana
Mahasiswa Undip, M Erfas Maulana mengunggah foto yang berisi tugas adiknya yang menjad perbincangan di media sosial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Tokoh matematika nasional, Ridwan Hasan Saputra menyoroti pentingnya komunikasi dua arah antara wali murid dengan guru, menyusul hebohnya pemberitaan tentang tugas matematika seorang siswa SD bernama Habibi yang mendapat ponten merah dari gurunya. Persoalannya sederhana, Habibi menuliskan bahwa 4+4+4+4+4+4 = 4x6, yang kemudian disalahkan sang guru karena jawaban yang benar adalah 6x4.

Kakak Habibi, M Erfas Maulana yang juga mahasiswa disalah satu perguruan tinggi negeri di Semarang itu memosting jawaban adiknya di media sosial. Sontak saja postingan Erfas menuai berbagai argumentasi, mulai dari netizen, pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hingga sejumlah profesor ahli. Ridwan sendiri melihat permasalahan ini berawal dari kesalahan komunikasi.

"Si kakak (juga wali murid manapun yang menemukan kondisi serupa) seharusnya tidak buru-buru memosting tulisan di media sosial. Sebaiknya bicara langsung pada gurunya, sehingga komunikasinya aktif. Komunikasi yang dilakukan kakak (Habibi) adalah komunikasi searah, sehingga terkesan menjustifikasi," ujar Ridwan ketika dihubungi Republika, Rabu (24/9).

Dari sisi gurunya, Ridwan menilai sang guru sebenarnya sudah mengajarkan konsep perkalian. Dalam kasus di atas, guru dinilainya sudah benar. Dalam mengajar, setiap guru akan mengutamakan proses, bukan hasil.

"Ketika kita berbicara hasil, maka nilai komutatif yang dituliskan murid itu benar. Hanya saja, ketika yang diajarkan guru adalah konsep perkalian, dimana perkalian itu adalah jumlah yang berulang, maka jawaban si anak itu salah," tambah Ridwan.

Pembelajaran matematika pada anak SD, kata tokoh perubahan Republika 2013 itu, harus mengutamakan proses, bukan hasil. Ini tentu saja berbeda dengan matematika pendidikan tinggi yang lebih abstrak. Ridwan melihat mahasiswa-mahasiswa zaman sekarang juga lebih mengutamakan hasil, bukan prosesnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement