Jumat 22 Aug 2014 23:06 WIB

Darah Sapi Dimanfaatkan Jadi Obat Luka Bakar

Seorang pekerja memerah susu dari seekor sapi di tempat produksi susu sapi di Jakarta, Selasa (19/8).
Foto: Republika/Prayogi
Seorang pekerja memerah susu dari seekor sapi di tempat produksi susu sapi di Jakarta, Selasa (19/8).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kelompok mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta memanfaatkan limbah darah sapi sebagai obat luka bakar. "Dalam darah mengandung platelet. Platelet tersebut mengandung tujuh macam growth factor penyembuh luka," kata ketua kelompok mahasiswa Rahmad Dwi Ardhiansyah di Yogyakarta, Jumat (22/8).

Menurut dia, faktor penyembuh luka itu selain mempercepat kesembuhan luka juga memiliki kandungan antimikrobial. Dalam proses pembuatannya, setiap darah sapi yang diambil kemudian disentrifugasi. Setelah mendapatkan bagian darah yang diinginkan, kemudian dicampur dengan vaselin album sebagai bahan dasar salep.

"Percampuran dari kedua bahan itu menghasilkan salep yang diberi nama salep Platelet Rich Plasma (PRP)," katanya.

Ia mengatakan darah sapi yang awalnya tidak bernilai tersebut ternyata dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat dan bernilai jual. "Obat luka bakar buatan racikan kami itu sudah diujicobakan pada tikus dan ternyata cukup efektif untuk mengobati luka bakar," katanya.

Menurut dia, pada awalnya tikus diperlakukan terkena luka bakar. Tikus terlebih dahulu dianestesi kemudian dikenai besi panas. Setelah diberi salep darah sapi, luka bakar tersebut bisa sembuh lebih cepat dibandingkan dengan obat luka bakar komersial lainnya.

"Selama satu bulan, luka tikus itu diolesi salep setiap pagi, siang, dan malam, ternyata bisa sembuh kurang dari 21 hari," katanya. Ia mengatakan ide untuk membuat salep dari darah sapi itu ketika melihat langsung proses pemotongan sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Giwangan Yogyakarta.

"Saat itu kami sedang melakukan kuliah lapangan. Setelah menyaksikan langsung limbah darah yang dibuang, terbersit ide untuk memanfatkan limbah tersebut sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan di sekitar RPH," katanya.

Menurut dia, seekor sapi yang dipotong menghasilkan 28 liter limbah darah. Jika setiap RPH menyembelih sekitar 20 sapi setiap hari, diperkirakan setiap tahun ada 88 ribu liter limbah darah yang dibuang. "Kami mencoba membuat satu inovasi untuk memproses darah sapi itu agar bisa bermanfaat," katanya.

Anggota kelompok mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) itu antara lain Riefky Pradipta Baihaqie, Muhammad Nuri Nuha Naufal, Muhammad Atabika Farma Nanda, dan Aprilia Maharani.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement