Ahad 06 Jul 2014 22:24 WIB

Proses Pendaftaran Siswa Baru pun Deg-degan Seperti Jantung Capres

Rep: Joko Suceno/ Red: Asep K Nur Zaman
suasana penerimaan siswa baru
Foto: amin madani
suasana penerimaan siswa baru

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Ruang audio visual di SMP Negeri 2 di Jalan Sumatra, Kota bandung, Jawa Barat, Sabtu siang, dipenuhi orangtua siswa yang memantau perkembangan penerimaan peserta didik baru (PPDB). Di hari terakhir itu, wajah mereka yang memelototi layar monitor berukuran  1 x 1 meter terlihat cemas. Kecemasan mereka sangat beralasan karena takut anaknya terlempar dari berebut kursi di salah satu sekolah favorit tersebut. 

Begitu jam menunjukkan pukul 14.00 WIB, wajah mereka terlihat sumringah. Jumlah pendaftar ke sekolah impian ini tak membludak seperti tahun sebelumnya. Tahun ini pendaftar tak lebih dari 300 siswa, sedangkan daya tampungnya 230 siswa.

‘’Kami juga deg-degan selama proses pendaftaran. Memangnya capres saja yang degdegan menjelang tanggal 9?’’ kata Nina Nata, salah orangtua siswa.

Pendaftaran siswa baru tahun ini, kata Nina, menyedot perhatiannya. Maklum salah satu anaknya baru lulus SD. Dia sendiri mendaftarkan anaknya ke SMPN 2 lantaran sekolah ini diakui kualitasnya. Padahal dia sendiri tinggal di Kecamatan Antapani yang rayonnya berbeda dengan SMPN 2. ‘’Pilihan pertama sekolah ini, dan pilihan kedua SMP yang ada di Antapani,’’ katanya.

Menurut Nina, sistem baru ini cukup positif. Hanya saja, masih belum maksimal. Dia menyontohkan aturan yang digunakan dalam PPDB selalu berubah setiap harinya, meski sudah ditetapkan melalui peraturan wali kota. Namun dia bisa memahami terjadinya perubahan dalam aturan tersebut. ‘’Mungkin secara teknis tidak memungkinkan. Makanya aturan tersebut berubah,’’ katanya.

Proses penerimaan siswa baru untuk tingkat SMP dan SMA telah berakhir, Sabtu (5/7). Hasil PPDB ini kemudian akan diumumkan pada 10 Juli mendatang, sehari setelah pilpres. Menurut Kepala Sekolah SMPN 2 Bandung, Nandi Supriadi, hasil seleksi ini akan diumumkan secara online melalui website resmi PPDB. Karena itu, orangtua murid tak perlu datang ke sekolah. ‘’Cukup mengakses di rumah melalui internet,’’ katanya. 

Nandi berharap PPDB tahun ini menjadi pelajaran berharga untuk ditingkatkan pada tahun berikutnya. Setiap kekurangan yang terjadi di lapangan, akan dicatat kemudian dievaluasi dan disampaikan ke Dinas Pendidikan.

Sejauh ini, imbuh dia, tidak ada kendala yang serius. ‘’Sebagian besar orangtua mengadu lantaran belum memahami sistem baru ini. Setelah diberi penjelasan mereka akhrinya bisa memahami,’’ ujar Nandi. Stres para orang tua murid pun kini tak lagi deg-degan seperti jantung para capres menghadapi hari pencoblosan 9 Juli nanti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement