Rabu 02 Apr 2014 15:56 WIB

Anak Masuk PAUD Tak Berarti Orang Tua Lepas Tangan

Rep: dyah ratna meta novi/ Red: Taufik Rachman
Siswa pendidikan anak usia dini (PAUD) mengunjungi museum (ilustrasi).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Siswa pendidikan anak usia dini (PAUD) mengunjungi museum (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal (PAUDNI)  Lydia Freyani Hawadi mengatakan, kalau sampai PAUD dihapus di Purwakarta berarti  dinas pendidikan setempat tidak memahami esensi PAUD. Padahal PAUD ini menjadi fokus pendidikan pemerintah yang punya efek jangka panjang hingga  2045, Rabu, (2/4).

PAUD, ujar Lydia, diadakan untuk membentuk manusia Indonesia yang  cerdas, berakhlak mulia, dan kompetitif. Anak-anak yang ikut PAUD angka putus sekolahnya kecil, angka bertahan sekolahnya tinggi.

Memang, kata Lydia, orang tua pada  umumnya kalau anak masuk sekolah PAUD, SD, SMP, SMA seolah-olah tugas mereka sudah selesai. "Padahal tidak seperti itu, meski anaknya masuk PAUD atau sekolah apapun orang tua tidak bisa lepas tangan, pendidikan orang tua itu yang  utama dan pertama," katanya.

Salah besar, ujar Lydia, kalau dengan anak masuk sekolah lalu orang tua lepas tangan. Pendidikan di sekolah dan pendidikan orang tua harus selaras dan saling mengisi."PAUD tidak boleh dihapuskan dan tidak boleh dianggap remeh. Pada usia  0-6 tahun, anak-anak itu sedang berkembang dengan pesat, makanya harus ikut PAUD," kata Lydia.

Jangan sampai, ujar Lydia, terjadi penyesalan karena menyia-nyiakan pendidikan  6 tahun  pertama perkembangan anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement