REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -– Para alumni SMA Negeri I (SMANSA) Depok, Jawa Barat, lulusan tahun 1984 menggelar reuni dan temu kangen dengan sesama alumni dan guru. Acara tersebut diadakan di SMP IT Ummu’l Qurro, Beji, Depok, Ahad (12/5).
“Reuni ini merupakan wadah silaturahim dan kesempatan untuk melepas kangen kami dengan para Bapak dan Ibu Guru setelah hampir 30 tahun tidak pernah bertemu,” kata Ketua Panitia Wahdiat Fauzi.
Salah satu penggagas acara tersebut, Tejaningsih mengatakan, kegiatan tersebut sekaligus menjawab keinginan dari para alumni maupun sejumlah guru agar diadakan reuni dan temu kangen.
Maklum saja, setelah berlalu hampir 30 tahun, sebagian guru ada yang sudah pensiun atau mendekati pensiun (usia 60 tahun).
Sementara itu, para alumni pun rata-rata berusia sekitar 48-49 tahun. Jadi sudah tidak muda lagi. “Kita semua sudah kangen sekali untuk bertemu. Kita sangat rindu dengan Ibu dan Bapak Guru, sebab sudah hampir 30 tahun tidak pernah berjumpa,” tuturnya.
Tak pelak, acara reuni diwarnai binar kebahagiaan sekaligus keterharuan. Apalagi ketika semua guru yang hadir – Abung, Yusuf, Dana Wardana, Yetty Darliaty, Yetty Wiyanti, Ratnaningsih, dan Nerita – tampil ke panggung memberikan sambutan. Hampir semua guru tak mampu menahan isak tangis.
“Sejumlah angkatan mengadakan reuni dan mengundang Ibu, namun baru angkatan 84 ini ibu bisa menghadiri undangan,” kata Nerita, guru Bahasa Inggris.
“Ibu sulit berkata apa-apa. Ibu sangat terharu,” kata Yetty Darliaty, guru Kimia. “Kalian adalah angkatan terbaik,” timpal Yeye, guru Geografi. “Semoga kalian makin sukses,” kata Yetty Wiyanti, guru Biologi.
“Maafkan kalau Ibu suka bersikap galak dan tegas kepada kalian, semata-mata agar kalian sukses,” kata Ratnaningsih, guru Bahasa Indonesia memberi sambutan.
“Terima kasih kalian masih mengingat kami, guru-guru kalian,” kata Abung, guru Geografi. “Kalian harus selalu meningkatkan ibadah kepada Allah,” tutur Yusuf, guru agama.
“Kami berharap, agar setelah ini ada reuni seluruh angkatan. Kemudian ada langkah nyata, misalnya membentuk yayasan atau badan usaha yang bisa membantu sesama alumni yang memerlukan bantuan,” kata Dana Wardana, guru Kimia mengusulkan.
Suasana bertambah syahdu, saat salah seorang alumni bernama Bardi membacakan puisi yang mengisahkan ketulusan pengabdian seorang guru untuk murid-murinya berjudul “Tugu Itu”.
Tugu itu masih seperti dulu
Tetap tegar walau dihempas waktu
Sudah tak terhitung berapa orang lalu
Mengambil suluh dari cahayamu
Kasihmu seperti laut tak bertepi
Lihatlah murid-muridmu ini
Ada yang ngocol seperti Muhsin dan Bardi
Cerdas dan pintar seperti Asep dan Naba Aji
Flamboyan seperti Thomas dan Fauzi
Sexy seperti Shirley dan Lessy
Ceria dan heboh seperti Mila dan Vivi
Pendiam seperti Eni dan Sri
Atau cantik seperti Inu dan Rini
Semua mendapat tempat di hatimu
Bapak dan Ibu Guru,
Pagi ini saat kubuka jendela
Kulihat tugu itu tersenyum
Di sana terukir wajah teduhmu
Seperti tiga puluh tahun lalu.
Tangis pun pecah pada pemuncak acara, saat para murid dan guru itu bersalam-salaman dan berpelukan, diiringi lagu ”Hymne Guru” dan “Kemesraan”.