Selasa 29 Jan 2019 14:45 WIB

Kemenristek Minta Inovasi Kampus Angkat Keunggulan Daerah

Banyak keunggulan daerah yang bisa dijadikan inovasi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani muda IPB memanen buah naga di Sabisa Farm, Gedong Seng, Kelurahan Loji, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (21/1/2019).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Petani muda IPB memanen buah naga di Sabisa Farm, Gedong Seng, Kelurahan Loji, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (21/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) mendorong perguruan tinggi untuk terus proaktif menghasilkan inovasi. Khususnya inovasi yang bisa mengangkat keunggulan daerah masing-masing.

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Jumain Appe optimistis dengan keragaman budaya dan sumber daya alam Indonesia, produk inovasi dari kampus akan mudah diterima oleh pasar. Hal ini sudah dicontohkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB).

“Saya melihat produk-produk IPB, jumlah patennya sangat besar, dan jumlah produk yang jadi inovasi juga sangat besar,” ujar Jumain di Hotel Millenium Jakarta, Selasa (29/1).

Jumain menilai, banyak keunggulan daerah yang bisa dijadikan inovasi. Contohnya di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), kata Jumain, kampus dan masyarakat lokal bekerja sama untuk membudidayakan nilam untuk produksi minyak atsiri. Aroma nilam Aceh yang tahan lama, membuat parfum tersebut diincar oleh pasar internasional.

“Ini harapan kami pada perguruan tinggi depan, dalam rangka membangun pembangunan nasional berbasis inovasi, terutama memasuki revolusi 4.0,” kata dia.

Sementara itu, Rektor IPB Arif Satria mengatakan, pihaknya sudah memiliki lebih dari 460 inovasi yang dianggap prospektif. Jumlah tersebut merupakan 39 persen dari total inovasi yang ada di Indonesia.

“Dari prospektif itu saat ini sedang dalam proses hilirisasi, dan sebagiannya spin-off, dan sebagian lagi kerja sama swasta,” ucap Arif.

Selain itu, kata Arif, IPB juga sudah menciptakan pasar sendiri dari produk inovasinya, yakni dengan mengembangkan Serambi Botani, yang sudah tersebar di 15 mal seluruh Indonesia.

Serambi Botani itu merupakan etalase dari inovasi kami, baik yang sifatnya olahan maupun non-olahan. Olahan seperti beras analog, beras yang berasal dari singkong, beras dari sagu, atau beras dari jagung.

“Ada juga yang menghasilkan kosmetik dari rumput laut, lipstik dari rumput laut, pomade dari rumput laut. Jadi kami mencoba memberdayakan produk pertanian sebagai material baru bagi industri,” kata Arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement