Senin 14 Jan 2019 17:08 WIB

Revolusi Industri 4.0 Membutuhkan Mahasiswa Adaptif

Mahasiswa harus dilatih skill yang tak bisa diganti mesin

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Menteri Ristek dan Dikti Mohammad Nasir saat memyampaikan Orasi Ilmiah pada Milad Pertama Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta di Auditorium Gedumg B Kampus Terpadu Unisa, Senin (6/11).
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Menteri Ristek dan Dikti Mohammad Nasir saat memyampaikan Orasi Ilmiah pada Milad Pertama Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta di Auditorium Gedumg B Kampus Terpadu Unisa, Senin (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyampaikan revolusi industri 4.0 membutuhkan mahasiswa adaptif, terutama terhadap kemungkinan mesin menggantikan pekerjaan lulusan perguruan tinggi dan politeknik. Mahasiswa harus dididik pengetahuan dan keterampilan yang belum bisa dilakukan mesin atau kecerdasan buatan.

“Otomatisasi, globalisasi, dan peningkatan keterampilan telah mendorong restrukturisasi ekonomi besar-besaran. Kalau kita ikuti pendidikan yang dikembangkan oleh Amerika, yaitu di Massachusetts Institute of Technology (MIT), mahasiswa harus dididik pada hal-hal yang mesin tidak bisa lakukan,” ujar Nasir melalui pesan tertulis, Senin (14/1).

Nasir menambahkan bahwa mahasiswa tidak dapat hanya mengandalkan ilmu yang diperoleh di kampus. Namun juga perlu menggali dan mempelajari kompetensi lainnya dari berbagai sumber untuk meningkatkan kreativitasnya.

“Mahasiswa tidak boleh hanya mengandalkan ilmu yang diajarkan di kuliah saja, tapi bagaimana mahasiswa menjadi kreatif, inovatif. Ada beberapa literasi yang harus dikuasai di era Revolusi Industri 4.0 yaitu literasi data, literasi teknologi, literasi bahasa dan literasi manusia,” ungkap Nasir.

Dia juga mendorong dosen politeknik tidak hanya mengajarkan ilmu atau kompetensi kepada mahasiswa, tapi juga memberi pengalaman dan pandangan inovatif sehingga mahasiswa dapat adaptif saat bekerja.

Setelah kuliah umum di hadapan civitas akademika Politeknik Kediri, Menteri Nasir memberikan masing-masing satu laptop kepada mahasiswa dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi pada program studi masing-masing serta satu mahasiswi asal Papua sebagai motivasi meningkatkan prestasi di kampus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement