Ahad 25 Nov 2018 17:20 WIB

Rektor UMS Tawarkan Strategi Populerkan Bahasa Indonesia

Indonesia dan beberapa negara Asean berkeinginan agar Bahasa Melayu bisa mendunia

Rep: Binti Sholikah/ Red: Esthi Maharani
Mengutamakan berbahasa Melayu (ilustrasi)
Mengutamakan berbahasa Melayu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  SOLO - Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sofyan Anif mengatakan, Indonesia dan beberapa negara anggota Asean memiliki keinginan yang kuat agar Bahasa Melayu/Indonesia bisa mendunia. Karena itu, Sofyan menawarkan sejumlah strategi yang harus ditempuh agar cita-cita tersebut bisa terealisasi. Salah satu strategi yang penting dengan meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Ipteks).

"Harus ada strategi dan kebijkan yang secara langsung bisa mendorong dan memperkuat tercapainya misi tersebut. Salah satu strategi yang penting perguruan tinggi di ASEAN harus punya komitmen yang tinggi untuk pengembangan ipteks," papar Sofyan Anif dalam ajang seminar internasional antarbangsa mengenai Bahasa Melayu yang diselenggarakan di Fatoni University (FTU) Thailand, Ahad (25/11).

Selama ini, lanjutnya, negara-negara Asean relatif masih menjadi konsumen Ipteks, belum menjadi produsen Ipteks. Kalau negara-negara Asean  sudah semakin produktif dalam Ipteks, maka akan banyak buku-buku dan jurnal-jurnal yang ditulis dalam Bahasa Indonesia dan negara-negara di luar Asean menjadi konsumen. Dengan demikian, negara-negara di luar Asean dengan sendirinya akan mengonsumsi karya tulis dalam bahasa melayu/Indonesia tersebut.

"Maka ini bagian penting dari upaya memartabatkan Bahasa Melayu/Indonesia tidak hanya dalam kancah Asean tapi juga level dunia," ungkapnya.

Acara seminar tersebut merupakan kegiatan rutin setiap tahunnya. Seminar internasional bertajuk “Seminar Antarbangsa, Memartabatkan Bahasa Melayu/Indonesia Asean” itu berlangsung di hall utama FTU pada Sabtu-Ahad (24-25/11). Seminar yang mendiskusikan tentang kekuatan dan seluk beluk bahasa melayu/Indonesia itu merupakan kegiatan rutin dan digelar keempat kalinya. Seminar dibuka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Malaysia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement