Senin 15 Oct 2018 15:05 WIB

Museum Etnografi FISIP Unair Raih Penghargaan Museum Terunik

Museum Unair menghidupkan fungsi museum sebagai wahana untuk riset atau penelitian

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Kepala Museum Etonografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair, Toetik Koesbardiati
Foto: Doc Unair
Kepala Museum Etonografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair, Toetik Koesbardiati

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Universitas Airlangga dinobatkan sebagai museum terunik di Indonesia. Penghargaan itu diraih pada Anugerah Purwakalagrha Indonesia Museum Awards 2018.

Kepala Museum Etonografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair, Toetik Koesbardiati berpendapat, penghargaan itu merupakan sebuah prestasi yang tidak ia duga. Pemberian pengahargaan itu, menurutnya, tidak lain merupakan bagian dari berbagai upaya dan inovasi yang dilakukan oleh seluruh pihak Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair.

"Museum tidak hanya berfungsi sebagai sarana edukasi dan rekreasi. Lebih dari itu, satu hal terpenting yang menjadi unggulan dari Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair adalah menghidupkan fungsi museum sebagai wahana untuk riset atau penelitian," kata Toetik di Surabaya, Senin (15/10).

photo
Kepala Museum Etonografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair, Toetik Koesbardiati (Doc. Unair)

Ditanya mengenai alasan memilih objek kematian sebagai salah satu hal yang diunggulkan, Toetik mengatakan, kematian merupakan siklus hidup yang dekat dengan manusia. Walaupun di masyarakat cukup ditakuti dan jarang dibicarakan, kematian merupakan hal yang paling penting dipikirkan oleh manusia.

Tidak hanya itu, baginya kematian juga memiliki keterkaitan yang erat dengan beragam budaya yang dalam hal itu juga menyangkut banyak aspek. "Hal itulah yang menjadikan kematian merupakan sebuah objek yang sangat layak untuk diteliti guna memberikan edukasi kepada publik," ujar Toetik.

Toetik melanjutkan, dalam kematian, akan banyak hal yang berpengaruh. Baik sektor ekonomi, sosial, dan budaya itu sendiri. Di Indonesia, budaya dalam proses kematian memiliki keunikan dan keberagaman yang luar biasa. Hal itu juga masih belum banyak dikaji dan didalami.

Toetik mencontohkan, upacara kematian di Toraja, kematian bisa menjadi suatu hal untuk mengukur tinggi rendahnya strata sosial seseorang di masyarakat. Hal serupa juga terjadi di upacara Ngaben yang dilakukan masyarakat Bali.

"Ke depan Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP UNAIR akan terus melakukan berbagai inovasi dan gebrakkan untuk terus mendalami beragam proses budaya kematian yang ada di Indonesia," kata Toetik.

Rektor Unair M. Nasih sangat mengapresiasi prestasi yang telah dicapai oleh Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair. Bahkan, Nasih berharap agar semua program studi yang ada di lingkungan Unair memiliki berbagai keunikan dan program yang khas seperti yang dimiliki oleh Program Studi Antropologi dengan mengelola Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian FISIP Unair.

"Prestasi yang telah dicapai FISIP ini hendaknya menjadi inspirasi bagi fakultas dan prodi yang lainnya," kata Nasih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement