Senin 08 Oct 2018 14:07 WIB

PSIF UMM Inisiasi Kuliah di Tiga Negara

UMM kerja sama dengan NUS Singapura dan UKM Malaysia

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
PSIF UMM Inisiasi Kuliah di Tiga Negara
Foto: Doc UMM
PSIF UMM Inisiasi Kuliah di Tiga Negara

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menginisiasi serial kuliah bersama (joint lecture series) yang akan diadakan bergantian di Malaysia, Indonesia dan Singapura. Program ini bentuk kerjasama antara UMM dengan dua universitas ternama di Asia Tenggara, yaitu National University of Singapore (NUS) dan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).

Sekretaris PSIF UMM Subhan Setowara mengatakan, tema besar kuliah bersama di tiga negara ini akan berkenaan tentang “Nusantara Bergerak”. Nusantara di sini merujuk pada lingkaran kepulauan Melayu di mana Indonesia, Malaysia, dan Singapura termasuk di dalamnya. “Sekalipun menurut banyak orang Indonesia, Nusantara hanyalah Indonesia, harus diakui menurut akar sejarahnya, Malaysia dan Singapura juga merupakan bagian dari nusantara,” ungkap Subhan.

Menurut Subhan, kolaborasi akademik lintas negara ini amat penting dilaksanakan. Hal ini karena di antara negara-negara yang menjadi bagian dari bangsa Nusantara terkadang terlibat ketegangan dan klaim. Penyebabnya, kata dia, karena kurangnya pemahaman sebagian besar masyarakat akan hakikat Nusantara.

"Untuk mengatasi persoalan ini, berbagai ikhtiar perlu digalakkan, salah satunya melalui ikhtiar akademik,” tuturnya melalui keterangan resmi yang diterima Republika, Senin (8/10).

Selain sebagai ajang pertukaran gagasan dan wacana kritis lintas negara, serial kuliah bersama ini diharapkan dapat melahirkan kesadaran emansipatif. Dalam hal ini diharapkan dapat timbul rasa peduli dari warga Nusantara untuk sama-sama bergerak membawa perubahan progresif di negara-negara tersebut.

Adapun mengenai bahasa, kuliah akan disampaikan dalam tiga bahasa. Ketiga bahasa tersebut, yakni Melayu, Indonesia dan Inggris. Mata kuliah yang diangkat, lanjut Subhan, akan meliputi topik-topik nusantara yang bersifat interdisipliner meliputi tema-tema kebudayaan dan tradisi keagamaan. Kemudian juga ihwal kesusasteraan, kesenian, keilmuan dan pendidikan tinggi, politik dan institusi, serta sejarah dan kemasyarakatan.

"Tentang pembangunan dan  ekonomi, lingkungan dan tema-tema lain yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Nusantara juga," tambah dia.

Sebagai informasi, Malaysia menjadi tuan rumah perdana serial kuliah ini yang berlangsung pada Ahad (7/10) di Gedung Gerakbudaya, Petaling Jaya, Selangor, Malaysia. Hadir sebagai penyaji kuliah Faisal Tehrani dari Akademi Alam dan Tamaddun Melayu (ATMA) UKM, Azhar Ibrahim Alwee dari Malay Studies NUS, dan Pradana Boy dari UMM. Kuliah seri berikutnya akan diadakan di UMM dan NUS dengan menghadirkan penyaji pakar dari masing-masing tiga negara tersebut.

Pada forum tersebut, Azhar Ibrahim Alwee dari Malay Studies NUS mengungkapkan, dirinya bersama para inisiator Nusantara Bergerak mempunyai harapan besar pada generasi muda di bangsa-bangsa serumpun. Ia ingin menghadirkan wadah wacana sendiri, tanpa perlu mengekor pada terma Barat. Azhar mencontohkan Haji Mohamad Misbach, pribumi Surakarta dengan khazanah pemikiran kritis amat kaya, yang berakar dari kearifan Nusantara.

Sementara itu, Dosen UMM, Pradana Boy, mengatakan, sistem pendidikan Indonesia membuatnya semula berpikir Nusantara itu hanya Indonesia. Namun ketika mengambil pendidikan S2 di Australia dan S3 di Singapura, dia melihat masyarakat Singapura dan Malaysia juga berbicara Nusantara. Dari sini, dia menyadari Nusantara sebenarnya tak hanya Indonesia, tapi luas

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement