Ahad 23 Sep 2018 21:51 WIB

Limbah Laut Bisa Diolah Jadi Perhiasan Cantik

Omzet penjualan aksesoris dari limbah laut bisa mencapai satu juta rupiah sehari.

Sampah laut yang terkumpul.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Sampah laut yang terkumpul.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Warga Padang, Sumatra Barat (Sumbar), mengolah kayu-kayu yang berserakan di pinggir pantai menjadi perhiasan yang cantik dan mempunyai daya jual.

"Kayu-kayu yang awalnya jadi sampah, diolah dengan kreatif hingga menjadi perhiasan seperti kalung, gelang, cincin, dan lainnya," kata Syafwandi, dosen Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Padang, sekaligus penggerak ide kreatif, di Padang, Ahad (23/9).

Kayu-kayu itu awalnya dipilih dari pantai dengan melihat tekstur dan bentuk yang dibutuhkan, kemudian digabung dengan resin. "Ketika kayu sudah diletakkan di dalam resin maka bentuknya tidak akan berubah dan mengkilat, sehingga cocok sebagai aksesoris yang menarik," katanya,

Kreativitas yang dimulai Syawandi bersama enam mahasiswa DKV sejak enam bulan lalu itu, kini bisa menghasilkan uang melalui penjualan seharga Rp 60.000 per item.

Salah seorang mahasiswa DKV yang ikut dalam proses kreatif, Jalinus, mengatakan satu orang kini bisa memproduksi 30 buah di antaranya gelang, cincin, dan lainnya. "Kalau untuk membuat bentuknya tidak butuh waktu lama, karena ada cetakan dari silikon, yang lama itu menunggu resin kering," katanya.

Ia mengatakan produk itu kini dipasarkan secara online, dan dijual langsung ketika ada event tertentu di Padang. Bahkan juga diadakan pameran sekaligus bazar yang digelar di kampus UNP, beberapa waktu lalu.

Jali mengatakan pembeli tidak hanya berasal dari Padang, namun juga berasal dari daerah lain seperti Yogyakarta, Medan, dan lainnya. Omzet untuk penjualan aksesoris itu dalam sehari bisa mencapai satu juta rupiah.

"Karena sistem penjualannya sekarang online, pembeli dari daerah lain yang tertarik juga bisa memesan," katanya.

Bagi warga yang tertarik terhadap aksesoris menarik itu bisa dipesan melalui akun Instagram "Belakang Galeri".

Lebih jauh Syafwandi menyebutkan kegiatan yang awalnya dari luar kampus itu kini dijadikan program kampus di DKV UNP, bernama Program Kreatif. Mengingat kegiatan itu tidak hanya bernilai ekonomis, namun bisa menampung proses kreatif mahasiswa, dan mempunyai nilai kepedulian terhadap lingkungan dan sosial.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement