Rabu 19 Sep 2018 18:46 WIB

Mahasiswa UGM Juara Satu Kompetisi Wirausaha Muda Mandiri

Tim Majapahittech berhasil menyisihkan 100 peserta lain.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Alwy Herfian, salah satu pendiri Majapahitech, peraih juara satu Wirausaha Muda Mandiri 2018.
Foto: Dokumen.
Alwy Herfian, salah satu pendiri Majapahitech, peraih juara satu Wirausaha Muda Mandiri 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Diawali kantor kecil di garasi rumah daerah Godean, Sleman, DIY, dua tahun lalu, usaha inovasi teknologi informasi empat orang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mampu berbuah kesuksesan. Berkat bisnis itu, mereka yang membawa nama Majapahittech itu berhasil menjuarai Wirausaha Muda Mandiri (WMM).

Mereka berhasil menjadi juara untuk kategori mahasiswa bidang usaha teknologi non digital. Tim Majpahittech berhasil menyisihkan 100 peserta lain dan berhak mendapat hadiah berupa modal usaha sebesar Rp 100 juta rupiah.

Salah satu pendiri Majapahitech, Alwy Herfian mengaku sangat bersyukur karena ide jenis usaha mereka bisa memenangkan kompetisi bisnis paling bergengsi itu. Ia mempersembahkan kemenangan itu untuk rekan-rekannya di Majapahitech. "Yang telah berusaha keras sejak 2016 membangun bisnis ini," kata Alwy.

Alwy mengembangkan itu bersama tiga rekan lain yaitu Tri Yunianta, Bruno Fandi Adi, dan Arrijaal Habiburahman. Mereka mengawali bisnis mengikuti kompetisi Innovative Academy (IA) yang diselenggrakan UGM di tingkat kampus.

Setelah lolos, mereka mendapat pelatihan dan binaan dari universitas dengan mendatangkan mentor hingga pendanaan untuk operasional dan pengembangan. Walau meraih penghargaan bisnis, mereka mengaku akan terus mengembangkannya.

"Kami akan terus melanjutkan bisnis, lebih produktif menghasilkan inovasi, dan memperlebar cangkupan mitra," ujar Alwy.

Tidak main-main, mereka sudah melakukan kerja sama bisnis dengan delapan mitra dengan nilai omset mencapai Rp 1 miliar sampai akhir tahun ini. Tapi, untuk memenangkan komptisi WMM Alwy mengaku tetap tidak mudah.

Mereka harus mempresentasikan jenis usaha yang sudah mereka jalankan meski rata-rata masih duduk di bangku kuliah. Sekumpulan mahasiswa dari Fakultas FMIPA UGM ini harus memenuhi sejumlah tolak ukur penilaian.

Mulai kebaruan ide yang berprospek masa depan, revenue bisnisnya, profil tim, dan cara mengelola tim. Termasuk, sudah bermitra dengan siapa saja dan cara mengatasi masalah.

Saat ini, usaha bisnis yang mereka rintis sudah memiliki sekitar 19 anggota yang sehari-hari membantu pengembangannya. Alwy sendiri merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan putra asli Kabupaten Gunungkidul.

Orang tuanya bekerja sebagai PNS, dan sempat menolak idenya untuk merintis bisnis bidang teknologi. "Pada awalnya mereka tidak mendukung saya bisnis, inginnya orang tua, saya melanjutkan PNS," kata Alwy.

Lambat laun, orang tuanya luluh atas cita-cita Alwy menjadi wirausaha. Walau  baru tertarik dunia IT empat tahun ini, pada 2013 ia mengawali jalan memasuki jurusan Teknik UGM.

Saat semester dua, Alwy malah drop out karena stres dan mencoba mencari jati diri. Mulai 2014, Alwy masuk jurusan Elektronika UGM, memperdalam IT dan perangkat keras dan kini mampu mengembangkan bisnis bidang teknologi informasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement