Rabu 04 Jul 2018 06:50 WIB

UII Siapkan 5 Slot Bangku Kuliah untuk Anak Palestina

Tahun ini ada 18 pelamar mahasiswa asing melalui ujian mandiri di UII.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Kegiatan temu media Universitas Islam Indonesia (UII) di Eastparc Hotel, Selasa (3/7).  Kegiatan sekaligus memperkenalkan Rektor dan Wakil-Wakil Rektor UII periode 2018-2022.
Foto: UII
Kegiatan temu media Universitas Islam Indonesia (UII) di Eastparc Hotel, Selasa (3/7). Kegiatan sekaligus memperkenalkan Rektor dan Wakil-Wakil Rektor UII periode 2018-2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) menghadirkan sejumlah skenario untuk mempersiapkan manusia-manusia Indonesia menjadi masyarakat global. Salah satunya dengan menyediakan kursi untuk mahsiswa asing.

Wakil Rektor IV Bidang Networking dan Kewirausahaan, Wiryono Raharjo menambahkan, tahun ini terdapat setidaknya 18 pelamar mahasiswa asing melalui Ujian Mandiri. UII turut memberikan kembali kesempatan kepada anak-anak Palestina berkuliah di UII.

"Tahun ini kita memberikan lima slot untuk anak-anak Palestina berkuliah di UII," ujar Wiryono.

UII juga menerapkan berbagai strategi untuk internasionalosasi kampus. Kemenristekdikti melalui Direktorat Pembinaan Kelembagaan Perguruan Tinggi menunjuk UII sebagai satu dari lima universitas di Indonesia dan satu-satunya universitas swasta Indonesia yang masuk Klaster I pengelolaan Kantor Urusan Internasional.

Rektor UII, Fathul Wahid mengatakan, internasionalisasi adalah semangat asasi UII yang hendak terus dijaga dan disesuaikan dengan konteks kekinian. "Internasionalisasi bagi kami tentang penyiapan warga global, sehingga masyarakat terbiasa berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat internasional," kata Fathul saat media gathering, Selasa (3/7).

Selain akreditasi internasional program studi, beragam strategi lain diambil dalam beragam bentuk. Mulai implementasi kerja sama, peningkatan peran institusi dan fasilitasi dosen dan mahasiswa dalam komunitas akademik global.

Saat ini, empat program studi telah mendapat mengakuan lembaga internasional seperti JABEE, KAAB, ABET dan ACCA. Satu prodi divisitasi Royal Society of Chemistry (RSC) dan tengah menunggu hasil.

"Program ini sudah dirintis pemimpin periode sebelumnya dan akan kita tingkatkan," ujar Fathul yang didampingi Wakil-Wakil Rektor UII.

Strategi internasionalisasi UII dikuatkan kehadiran International Program (IP) yang ditawarkan 10 prodi. Selain penggunaan bahasa asing sebagai pengantar, IP UII akan mengembangkan Character Building Program (CBP).

Pada 18-22 Juni 2018 lalu, UII bersama 10 perguruan tinggi dari Inggris, Perancis, Slovakia, Polandia, Malaysia dan Thailand, menggelar lokakarya di University of Bath. Tujuannya, mengembangkan instrumen baru asesmen riset.

Kesebelas universitas merupakan konsorsium penerima hibah Erasmus+ Capacity Building in Higher Education (CBHE) dari Uni Eropa. Kegiatan dibingkai dengan tema Assessing and Improving Research Performance at South East Asian Universities (Repesea).

"Akvititas konsorsium ini akan berlangsung sampai akhir 2019," kata Fathul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement