Rabu 27 Jun 2018 00:17 WIB

Memahami Perspektif Orang Bisa Dilihat dari Cara Berkendara

kebudayaan negara, berpengaruh terhadap perspektif seseorang berlalu lintas

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Lalu Lintas
Foto: pu.go.id
Lalu Lintas

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membahas pengaruh penanaman nilai-nilai terhadap cara berlalu lintas belum lama ini. Pembahasan ini dilakukan bersama dosen dari Latia University, Profesor Ivars Austers dalam Kuliah Tamu bertajuk "Caring about Perspective-Taking".

Menurut Ivars, memahami perspektif orang lain, ternyata dapat dilihat dari cara seseorang berkendara. Penelitian psikologinya menemukan bahwa kebudayaan di suatu negara, berpengaruh terhadap perspektif seseorang dalam berlalu lintas.

Perspective-taking is not inborn but it is developed in her true life,” ujarnya saat menjadi pemateri pada kuliah tamu Program Studi (Prodi) Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (25/6) yang bertajuk ‘Caring about Perspective-taking’.

Lebih dalam Ivars menyampaikan,  perspective-taking berbeda dengan empati. Empati lebih ke kondisi emosional seseorang, sedangkan perspektif taking lebih ke kondisi kognitif atau kemampuan berpikir seseorang.

Ivars melanjutkan, Indonesia dan negara-negara Asia lain cenderung memiliki kebudayaan kolektif. Hal tersebut berbeda dengan negar-negara Amerika dan Eropa yang individualis. Kebudayaan ini, juga turut mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memahami perspektif orang lain.

Moderator acara, Dian Caesria Widyasari menjelaskan, Ivars banyak mencontohkan perspective-taking dalam berlalu lintas. "Kita tidak hanya bertanggungjawab atas kendaraan yang kita bawa, tapi kita juga harus memahami pengendara lain ketika di lalu lintas,” papar Dian.

Dian mengaku berbagai materi-materi yang dibawakan Ivars tersebut sangat menarik, salah satunya tentang Human Values and Risking Car Driving. Ternyata nilai yang dibawa seseorang sejak kecil mempengaruhi caranya mengendarai mobilnya.

“Tadi dicontohkan seseorang yang mengagungkan kekuasaan cenderung apatis tidak memberi aba-aba ketika hendak belok kanan atau kiri di jalan raya. Tetapi berbeda ketika seseorang tumbuh besar dengan nilai-nilai baik yang dikembangkan di lingkungannya, maka dia bisa lebih bijak dalam berkendara,” simpulnya.
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement