Senin 28 May 2018 08:46 WIB

Pemerintah Minta Kampus Terlibat Cegah Radikalisme

kasus terorisme harus dipandang sebagai ancaman bersama.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Radikalisme(ilustrasi)
Foto: punkway.net
Radikalisme(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Komunikasi Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Purwanto menegaskan kasus terorisme harus dipandang sebagai ancaman bersama. Semua elemen bangsa harus terlibat secara penuh terhadap aksi-aksi terorisme tersebut.

"Pemerintah tidak mampu bekerja sendiri. Berbagai elemen harus saling berupaya, terutama kalangan perguruan tinggi," ujar Wawan Purwanto melalui siaran pers, Ahad (27/5).

Aksi terorisme, lanjut dia, tidak boleh dilihat hanya pada sisi hilir saja. Yakni munculnya tindak terorisme, seperti meletusnya bom, penyerangan aparatur keamanan sampai pada pengurusakan sarana publik. Aksi terorisme juga harus dilihat pada sisi hulunya, yakni rekrutmen, penggalangan dana, penyusupan ideologi terlarang dan sebagainya.

Dalam kondisi itulah, menurut dia berbagai pihak harus terlibat secara aktif mencegah berbagai pola radikalisme, yang kemudian mengarah pada terorisme. Kalangan perguruan tinggi perlu terlibat secara aktif mencegah radikalisme itu dikalangan mahasiswa.

Kegiatan yang dilakukan Universitas Mercu Buana (UMB) saat ini sudah tepat. Membangun kesadaran mahasiswa terhadap gerakan-gerakan radikalisme," tuturnya dalam Campus Talk bertema Peringatan 110 Th Harkitnas: Ayo Lawan Radikalisme.

Sebelumnya, Forum Rektor Indonesia (FRI) mendorong pimpinan Perguruan Tinggi lebih tegas dalam membersihkan kampus dari paham radikal yang tidak sesuai dengan falsafah dan sistem kenegaraan. Karena selama ini, kampus seringkali dimanfaatkan untuk menumbuhkan dan menyebarkanpaham radikal.

"Kelompok radikal seringkali memanfaatkan kondisi mahasiswa yang umumnya datang dari berbagai daerah yang pada tahap awal mereka galau mencari pegangan. Proses ini berjalan sudah cukup lama, sehingga tidak tertutup diantara mereka yang dulunya mahasiswa saat ini sudah menjadi dosen. Akhirnya penyusupan paham radikal saat ini menjadi lebih efektif," kata Anggota Dewan Pertimbangan FRI Prof Asep Saefudin belum lama ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement