Kamis 24 May 2018 18:47 WIB

PSIF UMM Siapkan Kader Intelektual Muda Inovatif

Muhammadiyah, khususnya para pemudanya, harus menyiapkan berbagai bekal.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Tadarus Pemikiran Nasional bertemakan Rebranding Muhammadiyah: Dialetika Otentisitas dan Perubahan dalam Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah.
Foto: Dokumen.
Tadarus Pemikiran Nasional bertemakan Rebranding Muhammadiyah: Dialetika Otentisitas dan Perubahan dalam Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pusat Studi Islam dan Filsafat Universitas Muhammadiyah Malang (PSIF UMM) berupaya menyiapkan kader muda yang inovatif. Melalui kerja sama dengan Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), keduanya menggelar Tadarus Pemikiran Nasional bertemakan Rebranding Muhammadiyah: Dialetika Otentisitas dan Perubahan dalam Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah, di RSS UMM.

Rektor UMM Fauzan menilai kegiatan intelektual seperti ini sangat penting bagi Muhammadiyah. Hal ini karena dalam internal persyarikatan selalu muncul perdebatan tentang hal-hal yang bersifat ideologi, baik berkaitan dengan pemikiran maupun gerakan.

"Muhammadiyah membutuhkan kegiatan intelektual seperti ini. Sebaiknya acara seperti ini sering-sering diadakan, jangan hanya ketika Ramadhan," katanya, dalam siaran pers, Kamis (24/5).

Salah satu keynote speech, Sudarnoto Abdul Hakim, dari Majelis Dikti PP Muhammadiyah menyampaikan dalam mengawal masa depan, Muhammadiyah, khususnya para pemudanya harus menyiapkan berbagai bekal. Meski demikian, nilai-nilai kemurnian lembaga harus terus dipegang.

"Otentik atau authenticity merupakan bagian penting yang dimiliki organisasi Muhammadiyah. Otentik secara harfiah berarti orisinal, keaslian, dan kemurnian," ujarnya.

Lebih lanjut Sudarnoto menyampaikan, hal berikutnya yang perlu menjadi fokus adalah bagaimana Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dapat memberikan kontribusi yang inovatif terutama dalam menghadapi problem-problem atau tantangan-tantangan besar yang menerpa. Dalam hal ini, baik itu menerpa umat, bangsa bahkan masyarakat internasional.

Di akhir, Sudarnorto menggarisbawahi, saat ini banyak organisasi atau gerakan Islam yang minimalis dan sekadar mencukupkan diri untuk bertahan. Dengan demikian, mereka hanya menggelar acara rutin-rutin saja. Kebanyakan di antara mereka, tidak memiliki hal-hal baru yang bisa dikontribusikan ke masyarakat.

"Bahkan kita pernah mencatat juga banyak organisasi-organisasi kemasyarakatan bahkan politik tiba-tiba bangkrut dan tidak lagi muncul lagi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement