Ahad 06 May 2018 11:18 WIB

Kemenristekdikti Siapkan Beasiswa 1.500 Dosen Vokasi

Program retooling merupakan program pendidikan atau kursus singkat selama dua bulan.

Menteri Ristek dan Dikti Mohammad Nasir
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Menteri Ristek dan Dikti Mohammad Nasir

REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL -- Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyiapkan program beasiswa untuk 1.500 dosen vokasi. Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan sertifikasi kompetensi di bidangnya sehingga dapat menghasilkan lulusan berkualitas.

Menteri Ristekdikti Mohammad Nasir menerangkan program bernama Retooling Kompetensi Vokasi tersebut disediakan untuk seluruh dosen vokasi perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. "Retooling dosen itu kami ingin dorong dosen harus mendapatkan sertifikat kompetensi di bidangnya. Target akan ada 1.500 dosen yang akan kami retooling, supaya dosen kita lebih baik," kata Nasir dalam kunjungan kerja ke Politeknik Harapan Bersama Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (5/5).

Program retooling tersebut merupakan program pendidikan atau kursus singkat selama dua bulan di lembaga dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian, para dosen vokasimendapatkan sertifikasi kompetensi yang diakui.

"Kalau ada yang mau retooling di luar negeri kami sediakan anggaran. Para dosen kalau mau ambil sertifikat di Taiwan, di Jerman kami akan biayai. Ini sangat penting untuk peningkatan sumber daya berkualitas," kata Nasir.

Tujuan program tersebut ialah agar dosen memiliki standar kompetensi dalam memberikan pengajaran pada mahasiswa dengan harapan untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten.  Nasir menyebutkan dengan dosen yang bermutu dan berkualitas akan menghasilkan lulusan yang bermutu dan berkualitas pula.

Menristekdikti menerangkan program tersebut merupakan salah satu upaya dalam merevitalisasi pendidikan vokasi yang selama ini terkesan tidak mendapat perhatian. Selain itu, revitalisasi pendidikan vokasi juga akan dilakukan dengan menerapkan aturan 50 persen tenaga pengajar pendidikan vokasi berasal dari praktisi di industri dan 50 persen sisanya perguruan tinggi.

Di samping itu Nasir juga menyebutkan telah menerapkan percontohan sistem perkuliahan dengan skema 3-2-1, yaitu tiga semester perkuliahan di kelas, dua semester praktik di industri, dan satu semester bisa kembali ke kelas atau melanjutkan membuat tugas akhir di industri. Nasir menyebut sudah ada 12 politeknik negeri di seluruh Indonesia yang menjadi percontohan penerapan sistem perkuliahan 3-2-1 tersebut. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement