Kamis 03 May 2018 18:40 WIB

Seminar Kebinekaan di UMM Ajak Perkokoh Karakter Bangsa

Keberagaman bukan lagi dimaknai sebagai perbedaan dan pemicu tindakan intoleran.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Seminar bertema 'Kebhinekaan di Tangan Pemilik Masa Depan' di UMM.
Foto: Dokumen.
Seminar bertema 'Kebhinekaan di Tangan Pemilik Masa Depan' di UMM.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengajak generasi muda Indonesia untuk bersama-sama mengokohkan karakter bangsa. Hal ini dilakukan melalui seminar nasional peringatan setengah abad Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (FISIP UMM) di GKB 4 UMM, Kamis (3/5).

Dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ma’mun Murod Al-Barbasyi menjelaskan, kebinekaan merupakan isu yang tidak pernah selesai dibahas hingga saat ini. Sebagai warga negara, tugas generasi muda tentu harus merawat kebinekaan tersebut. Sebab, kebinekaan menjadi suatu keniscayaan karena manusia sejatinya memang diciptakan untuk saling mengenal satu sama lain.

Sementara itu, Wakil Rektor II UMM Dr Nazaruddin Malik menyampaikan bahwa Indonesia dengan kebinekaannya seharusnya dapat melahirkan karakter bangsa yang dapat menjadi daya dorong bagi perekonomian. Namun, pada kenyataannya, Indonesia masih memiliki banyak persoalan, terutama di bidang perekonomian.

Menurut Nazar, persoalan tersebut belum juga tuntas karena karakter bangsa sendiri yang belum cukup kokoh untuk menjadi jembatan agar kondisi sosial masyarakat di tingkat mikro dalam tatanan makro dapat dibaca sebagai lompatan kesejahteraan yang lebih baik.

Mak,a dengan demikian, jika ingin membedah kebinekaan dari perspektif ekonomi politik, behaviour ekonomi menjadi faktor penting untuk membaca pasar. "Sebisa mungkin janganlah menjadi bangsa atau individu yang pre-rider (suka yang gratisan--Red)," ujarnya.

Dwi Nur Jayadi, penanggung jawab acara, menuturkan, dipilihnya tema "Kebinekaan di Tangan Pemilik Masa Depan" diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat, terutama mahasiswa sebagai generasi masa depan, mengenai kebinekaan.

"Keberagaman bukan lagi dimaknai sebagai perbedaan dan pemicu tindakan intoleran, tetapi seharusnya dimaknai sebagai kekayaan bangsa Indonesia untuk menumbuhkan kesadaran serta menciptakan solidaritas di masyarakat," ujar Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UMM tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement