Rabu 25 Apr 2018 17:11 WIB

Wisuda IPB, Anak Loper Koran Ini Raih IPK Sempurna

Ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi doktoralnya di IPB.

Rahmat Budiarto, anak loper koran yang berhasil menjadi lulusan terbaik program S2 IPB.
Foto: Dok IPB
Rahmat Budiarto, anak loper koran yang berhasil menjadi lulusan terbaik program S2 IPB.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Lulusan terbaik Program Magister Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor (IPB) Rahmat Budiarto berhasil memperoleh nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) sempurna 4,00. Rahmat mendapatkan gelar magisternya saat upacara wisuda di Graha Widya Wisuda, Kampus IPB, Dramaga, Bogor, Rabu (25/4).

 

Bertolak dari Jember dengan berbekal beasiswa dari Program Beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) batch dua (2015-2019), Rahmat mulai kuliah di IPB. Dengan beasiswa ini, Rahmat bisa langsung melanjutkan studi doktoralnya di IPB setelah diwisuda besok.

 

“Saya sangat bersyukur sejak SD, saya merupakan penerima beasiswa dengan dana BOS, kuliah sarjana (tahun 2011) di Universitas Jember pun saya mendapat beasiswa unggulan Dikti. Di sela-sela studi S-1, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti magang di Korea Selatan (Hankyong National University) selama satu bulan dan pertukaran pelajar di Thailand (Kasetsart University) selama satu tahun,” ujarnya dalam rilis IPB yang diterima Republika.co.id, Rabu (25/4).

 

Selama menempuh pendidikan di IPB, Rahmat sudah memublikasikan satu jurnal internasional, dua jurnal terindeks scopus (masih tahap reviewer) dan satu draf jurnal internasional.

 

“Ketertarikan saya terhadap ilmu hortikultura Indonesia menuntut saya untuk berguru di IPB. Tentunya saya tidak salah alamat karena ada banyak ahli hortikultura di kampus ini. IPB adalah tempat yang tepat untuk memperdalam ilmu pertanian khas Indonesia. Target saya ke depan adalah ingin menuntaskan pendidikan doktor saya di IPB, dengan target lulus sebelum bulan Agustus 2019,” tuturnya.

 

Dalam penuturannya, Rahmat dan dua adiknya dibesarkan oleh keluarga yang sederhana dari seorang ayah, Gatot Subagyo, yang bekerja sebagai loper koran dan ibu rumah tangga bernama Sudi Rahayu. Ia dan kedua adiknya selalu mendapatkan dukungan moral dari ayahnya untuk tidak putus asa dalam mencari ilmu setinggi mungkin.

 

“Ayah selalu bilang kepada kami untuk tidak khawatir tentang biaya sekolah. Kata ayah, tidak mungkin sekolah akan mengeluarkan kami karena tidak bisa bayar sekolah,” ujarnya.

 

Dengan penghasilan tunggal dari ayah sekitar Rp 50 ribu per hari (jika semua korannya habis terjual), Rahmat mengaku bersyukur bisa kuliah. Adiknya bahkan sudah lulus dari politeknik di Jember berkat beasiswa Bidikmisi.

photo
Rahmat Budiarto saat melaksanakan prosesi wisuda IPB, Rabu (25/4).

 

Menurut dia, keluarga besarnya sangat mengutamakan pendidikan. Dulu, jika Rahmat berhasil menjadi juara satu, kakek atau neneknya akan membelikannya sepatu baru. Kini, Rahmat lah satu-satunya di keluarga besarnya yang berhasil mencicipi pendidikan tertinggi.

 

“Kini kondisi ekonomi keluarga kami sedikit membaik. Alhamdulillah rumah kami sudah mulai ditembok dan berkeramik. Dulu rumah kami terbuat dari bambu, orang Jawa menyebutnya gedhek, dan berlantaikan tanah,” tuturnya.

 

Rahmat ingin ilmu yang telah diperoleh di IPB bisa ia manfaatkan untuk mendukung pembangunan hortikultura daerah sekitar tempat tinggalnya, yaitu Jember.

 

“Saya berencana untuk membagi ilmu hortikultura yang sudah saya dapatkan ke petani-petani sekitar dan sekaligus menjembatani alih teknologi dari peneliti ke petani dan sebaliknya. Saya berharap IPB dapat lebih meningkatkan kemajuan sarana pengujian dan laboratorium karena dapat meningkatkan minat belajar dan meneliti mahasiswa pascasarjana. Semoga ilmu yang saya peroleh semasa di IPB dapat bermanfaat bagi daerah saya,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement