Kamis 19 Apr 2018 05:15 WIB

Indonesia Miliki Banyak Dosen Lulusan Luar Negeri

Banyak dosen Indonesia mutunya tidak kalah dengan pengajar asing.

Universitas Mataram
Universitas Mataram

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Guru Besar Universitas Mataram Prof Sunarpi mengatakan Indonesia mempunyai banyak dosen lulusan universitas ternama dari berbagai negara maju dan alumni kampus ternama di dalam negeri yang mutunya tidak kalah dengan pengajar asing.

"Banyak dosen Indonesia yang berkesempatan belajar di luar negeri memiliki prestasi akademik dan tidak kalah dengan anak-anak di luar negeri. Prestasi mereka lebih baik dari anak-anak di luar negeri," kata Sunarpi di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (18/4).

Namun demikian, menurut mantan rektor Universitas Mataram ini, mereka yang berprestasi di luar negeri tidak berkembang dan tidak berprestasi lagi ketika kembali sebagai pengajar di kampus dalam negeri. Mereka dihadapkan pada persoalan sarana pendidikan, dana riset, sarana dan prasarana laboratorium untuk menopang risetnya serta daya dukung iklim akademik yang relatif rendah. Mereka tidak bisa berkembang sebagaimana halnya waktu mereka belajar dan meneliti di kampus luar negeri.

Atas dasar kenyataan itu, Sunarpi menilai gagasan pemerintah "mengimpor" dosen tidak menyelesaikan masalah perbaikan mutu pendidikan tinggi Indonesia. Namun justru menimbulkan masalah baru, seperti pendanaan, budaya, mata kuliah kebangsaan, dan masalah lainnya.

(Baca juga: UGM Siap Terima Dosen Asing Asalkan...)

"Jadi menurut hemat saya, lebih baik mengirim dosen belajar ke luar negeri, baik melalui program degree training atau non-degree training," ujar Sunarpi yang meraih gelar doktor di Faculty of Science and Technology La Trobe University, Melbourne Australia pada 1996.

Ia menambahkan program pengiriman doses ke luar negeri juga harus diikuti dengan peningkatan anggaran pendidikan untuk menunjang penyiapan dana riset yang memadai. Selain itu, pembelian sarana dan prasarana pembelajaran serta laboratorium.

Upaya tersebut, menurut dia, akan lebih efektif dibandingkan dengan "mengimpor" dosen asing. Apalagi, kondisi Indonesia saat ini tidak mendesak membutuhkan dosen asing, melainkan perhatian pemerintah dari sisi alokasi anggaran riset yang nilainya masih kalah jauh dibandingkan negara tetangga Malaysia.

"Dulu ada wacana mengimpor rektor. Sekarang 'impor' dosen, mungkin ada baiknya dipertimbangkan 'impor' menteri saja sekalian, mungkin akan lebih bagus menurut saya pribadi," kata Sunarpi yang meraih gelar guru besar (profesor) dalam bidang Fisiologi Tumbuhan pada 2005 dan menjadi profesor termuda di Universitas Mataram di usia 43 tahun.

Pria yang pernah melakukan penelitian di Researcher Sinshu University di Nagano Jepang pada 2001 ini, juga memberikan gambaran ketika dirinya masih menjabat sebagai rektor menjalin kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi ternama di luar negeri untuk melakukan riset bersama. Kerja sama tersebut juga dimanfaatkan memberikan kuliah kepada mahasiswa program sarjana (S1) dan pascasarjana (S2), dan seminar ketika dosen-dosen dari luar negeri berkunjung ke Universitas Mataram, terkait kerja sama penelitian.

"Universitas Mataram tidak mengeluarkan dana sama sekali untuk itu. Namun demikian, dosen asing yang diundang khusus mengajar sesuai dengan kebutuhan kurikulum itu tidak ada," kata Sunarpi yang pernah mendapat penghargaan Japan Society for Promotion of Science, di Bioscience and Biotechnology Center Nagoya University, Nagoya, Jepang tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement