Kamis 15 Mar 2018 12:13 WIB

Mahasiswa IPB Dalami Ilmu Pertanian di Jepang

Program AIMS mendorong mahasiswa membuka wawasan.

Indra Purnomo, mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,  Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Foto: Dok IPB
Indra Purnomo, mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Indra Purnomo, mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,  Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Fateta IPB), berkesempatan mengikuti kegiatan pertukaran pelajar yang bernama ASEAN International Mobility for Students (AIMS). Pada bulan September 2017 hingga Januari 2018 yang lalu,  terpilih tempat tujuan AIMS yakni  Jepang, tepatnya di Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT).

Program ini hasil kerjasama pendidikan dan budaya antara perguruan tinggi dari seluruh wilayah ASEAN dan beberapa negara Asia seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Jepang. Dalam program ini mahasiswa mengikuti kuliah selama satu semester di perguruan tinggi di negara tujuan. Pendanaan dalam skema “full scholarship” sepenuhnya ditanggung oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI.

“Saat pertama kali menginjakkan kaki di Jepang, langsung disambut hangatnya udara di penghujung musim panas dan beberapa “buddy” (sebutan untuk mahasiswa Jepang yang mendapat tugas untuk menemani mahasiswa asing),” kata Indra dalam siaran persnya, Kamis (15/3).

Selama sebulan awal mengikuti kegiatan orientasi yang diisi dengan kuliah dan field trip tentang kehidupan di Jepang seperti geografi, kebudayaan, lingkungan, dan sebagainya. Materi tidak hanya diberikan oleh TUAT saja, tetapi juga diisi dosen dari universitas lain seperti Ibaraki University dan Tokyo Metropolitan University.

“Pada momen ini juga kami dapat saling mengenal rekan-rekan peserta AIMS dari negara lain yang juga berkuliah di TUAT, yaitu mahasiswa dari Malaysia, Thailand, dan Filipina yang jumlahnya 13 orang,”tuturnya.

Indra menceritakan, selain duduk di kelas mengikuti perkuliahan, dan mengunjungi lokasi-lokasi di Tokyo sebagai bagian dari study tour, bereksperimen di laboratorium dalam rangka mini research, dan tentu saja berpelesir ke tempat wisata. Mata kuliah yang diberikan merupakan bagian dari ilmu pertanian dan lingkungan internasional. Materi dalam perkuliahan ini umumnya baru didapatkan di sana, selalu diramu dengan sesi diskusi mengenai kondisi aktual di Jepang dan di negara masing-masing peserta AIMS beserta solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.

Tugas dan ujian yang diberikan sangat relevan dengan topik kuliah dan membantu mahasiswa untuk lebih mendalami topik tersebut. Study tour dikemas dengan mengunjungi hutan, kebun, pabrik, pasar, museum, dan tempat-tempat lain yang disesuaikan dengan topik pembelajaran. Penelitian skala kecil dilakukan pada laboratorium sesuai minat dengan dibimbing oleh dosen dan mahasiswa senior.

“Melalui penelitian ini, kami dapat mengenal dan mempelajari fasilitas-fasilitas yang cukup canggih dalam dunia riset. Kami juga sering mengadakan gathering dengan mahasiswa lokal dan internasional yang ada di TUAT untuk saling mengenal negara masing-masing, bertukar budaya, bahkan untuk sekedar berolahraga bersama. Pada saat liburan musim dingin, kami juga menyempatkan diri untuk mengunjungi daerah Koriyama dan tinggal bermalam dengan petani-petani lokal di wilayah pedesaan tersebut,” papar Indra.

Indra menjelaskan, kegiatan pertukaran pelajar, khususnya AIMS ini, sangat menarik untuk diikuti karena banyak sekali manfaat yang didapatkan. Sebagai mahasiswa yang berlatarbelakang pertanian, program ini sangat menambah pengetahuan di bidang pertanian pra dan pascapanen melalui kuliah, praktikum, dan studi lapang selama program berlangsung. Kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing, misalnya bahasa Inggris dan bahasa Jepang, juga terasah karena selalu digunakan dalam komunikasi baik publik maupun interpersonal.

Selain itu, wawasan budaya internasional juga semakin luas akibat pertukaran budaya selama proses pembelajaran. Mahasiswa semakin dapat menghargai keberagaman antar negara, namun di sisi lain juga semakin bangga terhadap identitas bangsa.

“Program AIMS mendorong mahasiswa untuk beradaptasi di berbagai kondisi dan membuka wawasan mahasiswa terhadap kehidupan global, “terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement