Kamis 01 Mar 2018 14:33 WIB

Mahasiswa UII Raih Penghargaan di Jepang dan Malaysia

Mahasiswa UII meraih Best Volunteer di IFS Jepang dan perunggu di MTE Malaysia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Kampus UII.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UII.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menorehkan prestasi dalam kancah internasional. Tidak tanggung-tanggung, walau mengikuti perhelatan yang berbeda, prestasi ditorehkan mahasiswa-mahasiswi UII pada waktu yang hampir bersamaan.

Prestasi pertama ditorehkan Imam Wicaksono, mahasiswa Fakultas Hukum UII yang berhasil meraih penghargaan sebagai Best Volunteer di Intercurtunal Friendship Society (IFS) di Jepang. IFS merupakan organisasi pengembangan diri dan masyarakat berskala internasional.

IFS menjaring relawan-relawan muda untuk mempromosikan perdamaian dan pemahaman antarbudaya. Kegiatan yang dilaksanakan pada 14-20 Februari 2018 di Jepang ini diikuti lebih dari 10 negara dunia.

Dari Indonesia, Imam tidak sendiri melainkan bersama 14 mahasiswa dari perguruan-perguruan tinggi lain di Indonesia. Untuk mengikuti kegiatan ini, peserta harus membuat esai dan mengikuti wawancara terlebih dulu sebagai seleksi.

Selain memberikan pengabdian, peserta harus mempresentasikan visi dan misi menciptakan perdamaian dunia. Selama di sana, Imam mengaku mendapat banyak pelajaran dan wawasan yang kelak akan dibawanya ke Indonesia.

"Alhamdulillah, banyak sekali pengalaman, pelajaran dan wawasan yang bisa saya ambil selama berada di Jepang, apalagi mendapatkan bonus dari Allah SWT dengan penghargaan Best Volunteer," kata Imam, Kamis (1/3).

Penghargaan kedua diraih lima mahasiswa UII di Malaysia, yang berhasil meraih Bronze Medal pada ajang Malaysia Technology Expo (MTE) 2018 pada 22-24 Februari 2018. Mereka terdiri dari Ndilalah Pulungan, Gustie Nanda, Chairun Nisa dan Fauziyah Ulfatun Ni'mah (FK) serta Bella Taradipa (FTI).

MTE merupakan pameran inovasi tingkat internasional yang telah digelar sejak 2001, yang tahun ini mengangkat tema Asia Inventions and Innovations Marketplace. Ajang ini diikuti 150 peserta dari berbagai kampus, sekolah menengah, institut dan vokasi dunia.

Tahun ini, Indoneisa mengirimkan 32 tim yang salah satunya berasal dari UII. Dalam proses seleksinya, masing-masing tim mendaftarkan inoasi dalam bentuk abstrak, dan akan diseleksi secara nasional oleh Indonesia Inovation and Invention Promotion Association (Innopa).

Chairun Nisa mengatakan, UII membuat karya berjudul The Ocassia Candle: Bioaromatherapy Environmental Eco-friendly Candle to Decreasing Mosquito Borne Disease. Itu merupakan campuran kayu manis dan kemangi, yang berfungsi sebagi pengusir nyamuk dan aromaterapi.

"Latar belakang diambilnya judul ini karena 700 juta orang setiap tahunnya terjangkit penyakit, yang dibawa perantara nyamuk mencapai angka kematia satu juta," kata Nisa.

Penyakit yang dihasilkan seperti demam berdarah, malaria, chikungunya dan zika. Menurut Nisa, saat ini memang sudah ada obat anti nyamuk tapi masih berbahan kimia, sehingga tim membuatnya memanfaatkan tanaman herbal yaitu ekstrak kayu manis dan daun kemangi.

Fauziyah Ulfatun menilai, ajang ini telah membuka wawasan tentang inovasi yang bisa datang dari mana saja dan dilakukan siapa saja tanpa mengenal batasan usia. Bahkan, ia tidak ragu mengakui kekagumannya terhadap anak-anak lain yang mampu mengembangkan teknologi canggih. "Walaupun usia mereka masih sangat muda," kata Fauziyah.

Selain itu, dengan mengikuti MTE 2018 Fauziyah merasa mereka bisa mengenal berbagai penemuan baik dari Indonesia maupun negara-negara lain. Ia berharap, Tim UII ke depan bisa mengembangkan karya The Ocassia Candle buatan mereka.

Tujuannya, lanjut Fauziyah, tidak lain agar inovasi mereka bisa diaplikasikan langsung ke masyarakat luas. Ia turut berharap, mahasiswa-mahasiswa UII lain dapat pula meningkatkan potensi mereka melalui inovasi dan kreasi yang unik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement