Jumat 09 Feb 2018 01:19 WIB

Mahasiswa TS Buat Metode Pembelajaran yang Asyik untuk Anak

Ide ini mengantar juara 1 dalam perlombaan yang bertemakan pendidikan karakter anak.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak belajar (ilustrasi)
Foto: Boldsky
Anak belajar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mengikuti Pekan Raya Biologi 2018, berupa lomba karya tulis ilmiah yang digelar di Universitas Riau. Meski tim ITS ini berasal dari bidang ilmu eksakta, namun mereka mampu membawa juara satu dalam perlombaan yang bertemakan pendidikan karakter anak.

Tim yang berasal dari Departemen Kimia dan Fisika Fakultas Ilmu Alam ITS ini terdiri dari Ajeng Febri Nur Palupi, Lailatul Jannah, dan Irma Septi Ardiani. Tim ini mampu menjuarai lomba tersebut setelah membuat Story Video Education, yakni suatu pengajaran kreatif dan pendidikan moral untuk anak usia 4-6 tahun dengan metode story-video education.

Ajeng Febri Nur Palupi mengungkapkan, ide membuat Story Video Education tersebut berawal dari kegiatan mengajar di kampung binaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas, tepatnya di daerah Keputih Tinja, Surabaya. "Tim ini mengamati kondisi saat proses pengajaran berlangsung di daerah tersebut," kata Ajeng dalam siaran persnya, Kamis (8/2).

Dari sini, lanjut Ajeng, tim melihat proses pengajaran yang terasa membosankan, karena pengajaran hanya menitikberatkan pada proses menggambar dan bermain. Sehingga banyak anak berlarian kesana kemari dan tidak mempedulikan pembelajarannya.

"Oleh karena itu, saya dan tim berinisiatif untuk membuat suatu pengajaran kreatif dan pendidikan moral untuk anak usia 4-6 tahun dengan metode story-video education," ujar Ajeng.

Ajeng menjelaskan, Story Video Education adalah metode pengajaran yang menggunakan video sebagai bahan visualisasi. Secara teknis, masing-masing anak diberi dua emosikon yaitu senang dan sedih. Emosikan tersebut wajib diangkat sebagai parameter kepahaman anak-anak dari apa yang disampaikan oleh pengajar.

Sebagai uji coba diadakan tes awal lebih dulu, pengajar memberikan sebuah pertanyaan moral dengan jawaban singkat ya atau tidak. Seperti, apakah durhaka kepada orang tua itu baik?, maka anak-anak bisa menjawab dengan mengangkat salah satu emosikon ya atau tidak.

"Emosikon senang menandakan jawaban iya dan emosikon sedih menandakan jawaban tidak," kata Ajeng.

Ajeng melanjitkan, terdapat lima pertanyaan tentang moral. Jawaban anak-anak dari lima pertanyaan tersebut akan direkap dan dibandingkan dengan hasil akhir.

Sebelum menuju tes akhir, tim memberikan sebuah pengajaran melalui video animasi yang mengisahkan tentang Nabi Nuh dan Jenderal Sudirman. Selain itu, juga diberikan penjelasan mengenai perilaku kedua tokoh seperti durhaka, tekun, keras kepala, angkuh pada kisah Nabi Nuh dan jiwa nasionalisme, berani, pantang menyerah, rela berkorban pada kisah Jenderal Sudirman.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim, berdasarkan hasil tes akhir menunjukkan bahwa anak-anak lebih mengerti dan memahami macam-macam perilaku baik dan buruk. Untuk kelanjutannya, kita akan bekerja sama dengan RT (Rukun Tetangga) untuk mengingatkan kepada orang tua agar lebih menjaga dan mengontrol moral anak-anaknya, ujar Lailatul Jannah, anggota tim lainnya.

Menurut mahasiswi yang biasa disapa Ila ini, tim menggunakan konsep pengajaran fun and learning, yaitu dengan menitikberatkan pemikiran, perasaan, dan perilaku. Berbeda dengan tim lawan lainnya, tim ITS ini telah melakukan simulasi sebenarnya melalui konsep pengajaran yang telah dibuat kepada dewan juri saat penyajian atau presentasi hasil karya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement