Selasa 06 Feb 2018 19:18 WIB

IABIE Bahas Pendidikan Indonesia dengan Dubes Inggris

IABIE juga merangkul para penentu kebijakan di luar negeri.

Tim IABIE bertemu dengan Dubes Inggris
Foto: dok. IABIE
Tim IABIE bertemu dengan Dubes Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) terus melaksanakan berbagai rangkaian diplomasi internasional untuk menjalin sinergi dengan para pemangku kepentingan di tanah air. IABIE juga merangkul para penentu kebijakan di luar negeri.

Pada Senin (5/2), IABIE berkesempatan untuk melakukan pertemuan dan dialog dengan Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste. Kunjungan IABIE disambut baik oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, H.E. Mr. Moazzam Malik.

Dilansir siaran pers yang diterima Republika.co, Moazzam menyatakan inisiatif IABIE sangat baik karena para alumni harus menjadi agent of change. Alumni juga dapat memberikan perhatiannya kepada persiapan Indonesia dalam menghadapi arus global.

Menurut Moazzam, Indonesia bisa menjadi menjadi raksasa regional dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini dan dengan langkah pengembangan SDM yang tepat."Tidak hanya menjadi sleeping giant," katanya.

Dalam kunjungan ini, IABIE diwakili oleh para petinggi dan pengurus ikatan.Diantaranya, Ketua Umum IABIE Periode 2016 2019,Bimo Sasongko,Ketua Dewan PengawasOni Bintoro, Ketua Dewan PakarPoempida Hidayatulloh dan Wakil Sekretaris Jendral Kuntjoro Pinardi.

Bimo menyatakan perhatian IABIE secara khusus terhadap sektor pendidikan di Indonesia. Ia menilai pemahaman dan kompetensi masyarakat Indonesia terhadap bahasa asing, terutama bahasa Inggris yang umum dipakai di dunia internasional masih sangat terbatas.

Menurutnya, tantangan ini perlu diatasi dari akarnya, yaitu perbaikan mutu pendidikan bahasa asing di Indonesia. Baik dari bangku sekolah hingga tingkat universitas perlu dikawal.

Oni juga menyampaikan perlunya peningkatan kerjasama di bidang ekonomi kreatif, kebudayaan, pariwisata dan dunia penyiaran. Terutama yang terkait dengan aspek people to people. "Bangsa Indonesia perlu belajar dan berguru kepada Inggris untuk mengembangkan ekonomi industri kreatif yang telah lebih dahulu berkecimpung di industri ini," kata dia.

Sesuai prediksi dari Ekonom dunia, ke depan ekonomi global akan semakin bergantung pada sektor industri kreatif. Ketergantungan masyarakat global terhadap teknologi informasi dalam aktivitas sehari-hari telah menyebabkan pertumbuhan eksponensial ke industri kreatif yang mencakup di antaranya industri perangkat lunak komputer, film, musik, publikasi, hiburan, dan fashion.

Berdasarkan data nasional, sektor industri kreatif di Indonesia kini telah menyerap 15,9 juta tenaga kerja dengan kontribusi 7,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) atau setara dengan Rp 852 triliun. IABIE ingin menghidupkan semangat dan kebesaran Sir Thomas Stamford Bingley Raffles.

Warisan dan jasa Raffles untuk Indonesia dan dunia sangat penting dan perlu diekplorasi lagi dalam era kekinian. Sederet warisan penting Raffles perlu digelorakan. Terutama buku-bukunya, antara lain History of Java, History of the East Indian Archipelago.

Warisan Raffles tentang Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan hingga kini masih relevan dan perlu dipelajari. Raflles yang merintis Kebun Raya Bogor dan penemu bunga Rafflesia Arnoldi mewarisi ilmu pengetahuan tentang keanekaragaman flora, fauna dan kearifan lokal yang sangat luar biasa.

"Sehingga pada saat ini harus digelorakan lagi untuk menginspirasi dunia," katanya.

Pada Moazzam, IABIE merekomendasikan perlunya membuat terobosan memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi dari tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat untuk dapat melanjutkan studinya di Inggris.

Harapannya Program Beasiswa dari Pemerintah Inggris seperti Chevening Awards dapat menjadi ujung tombak dalam mencetak SDM unggul sejak usia belia. Mengingat program beasiswa luar negeri rata-rata selama ini hanya fokus untuk program tingkat S-2 dan S-3.

IABIE menilai ini kurang sesuai dengan kebutuhan pembangunan Indonesia dan kurang efektif mencetak SDM yang memiliki daya saing tinggi. IABIE berharap durasi beasiswa yang saat ini hanya diberikan selama satu tahun juga dapat diperpanjang dan diberikan kesempatan untuk bekerja ataupun magang di instansi atau institusi internasional milik Pemerintah Inggris.

Hal ini bertujuan untuk memberikan pengalaman dan mempelajari etos kerja bangsa yang lebih maju, yaitu Inggris. Menyambut masukan dari IABIE, Moazzam mengutarakan sebelumnya Pemerintah Inggris sudah memiliki inisiatif untuk membentuk British Council Learning Center yang terletak di Jakarta, Surabaya, dan Medan.

Namun sangat disayangkan dua diantaranya harus ditutup karena minimnya kesadaran masyarakat untuk belajar dan biaya operasional yang terus berjalan. Masih untuk meningkatkan SDM Indonesia, Pemerintah Inggris juga meningkatkan kuota penerima Beasiswa Chevening hingga empat kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya.

Pemerintah Inggris juga menaruh perhatian khusus terhadap wanita, difabel dan masyarakat yang tinggal di daerah 3T (Terpencil, Terluar, dan Terjauh). Moazzam menyampaikan saat ini memang belum ada fokus kepada pemberian Beasiswa tingkat Strata 1/Bachelor Degree untuk studi di Inggris, tetapi hal ini dapat menjadi pertimbangan.

Selain itu, untuk mendukung pengembangan beberapa bidang prioritas lainnya di Indonesia, Pemerintah Inggris bekerjasama dengan Kementerian Riset Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyediakan Newton Fund. Dimana para peneliti dapat mengajukan permohonan dana untuk membantu pelaksanaan riset dengan fokus pada beberapa sektor, seperti Energy and Climate Change, Health, Maritime, Urban Development, Food Security, dan juga Science & Innnovation.

Moazzam juga menyebutkan perhatiannya pada izin KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas/Tetap) untuk Tenaga Kerja Asing (TKA), saat ini sulitnya birokrasi membuat minimnya TKA untuk bekerja di Indonesia. Padahal dengan adanya TKA, transfer of knowledge dapat dilakukan dengan segera untuk pengembangan SDM Indonesia.

Hal ini langsung ditanggapi oleh Poempida yang juga bekerja penuh sebagai Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan. Ia menyampaikan bahwa jaminan sosial TKA merupakan salah satu tanggung jawab BPJS Ketenagakerjaan. Harapannya TKA dapat bekerja di Indonesia secara aman dan nyaman dengan adanya jaminan tersebut.

Sebagai penutup, Bimo mengharapkan adanya program yang dapat mensinergikan Alumni-alumni lulusan luar negeri yang saat ini berada di Indonesia dan juga di seluruh dunia. Ia berencana melaksanaan Kongres Alumni di tahun 2018. Sebagai pendahuluan, IABIE mengundang Moazzam Malik selaku Dubes Inggris untuk dapat melaksanakan program UK Ambassadors Talk.

Moazzam dapat menyampaikan perkembangan kerjasama Indonesia dan Inggris selama ini. Juga dapat memberikan semangat baru untuk menghimbau masyarakat Indonesia untuk dapat melanjutkan studi di Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement