Sabtu 03 Feb 2018 23:29 WIB

IPB Akan Formalkan Tiga Program Studi Internasional

Standard mutu IPB menargetkan 20 persen mata kuliah di IPB akan didigitalisasi.

Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)
Foto: antara
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Dr Ir  Drajat Martianto MSc, Jumat  (2/2) dilantik Majelis Wali Amanat (MWA) Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB di Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Dr Drajat dilantik menjadi wakil rektor setelah sebelumnya menjabat sebagai Direktur Administrasi dan Pendidikan IPB sejak tahun 2008.

Pria asal Solo Jawa Tengah ini pernah mengenyam pendidikan doktor di University of the Philippines at Los Banos, Philipina dan di IPB untuk program sarjana dan magister. Sejak tahun 1988, ia bergabung menjadi staf pengajar di Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) yang kini bernama Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB.

Dr Drajat pernah menjadi Wakil Dekan Fema IPB (2006-2008) dan menjadi Ketua Departemen Gizi Masyarakat (2001-2004). Hingga saat ini, Dr Drajat masih tergabung sebagai peneliti di South East Asia Food and Agriculture System and Technology (Seafast) Center, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB. Pada tahun 2002-2011, Dr. Drajat menjadi Program Manager di Indonesia Fortification Coalition dan juga menjadi Sekretaris Eksekutif di Food Nutrition Policy Studies Center (FNPSC) IPB pada tahun 1990-1995 dan tahun 1999-2001.

Sebagai Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Drajat akan fokus pada penguatan program pendidikan di IPB. Seperti proses belajar mengajar formal (program S1, S2 dan S3 serta sekolah vokasi) dan non formal seperti pelatihan dan student exchange.

“Program saya harus mengikuti program rektor. Tantangan pendidikan kita ke depan sangat besar. Dunia sedang berubah cepat, mungkin banyak hal yang harus kita ubah. Seperti bagaimana men-deliver pengetahuan, ilmu pengetahuan dan teknologi ke mahasiswa juga harus diubah. Digitalisasi adalah salah satunya,” kata Drajat dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (3/2).

 

Ia menambahkan, pendidikan untuk generasi milenial tidak bisa menggunakan cara lama, yang lebih banyak dosen di kelas. “Mahasiswa sekarang harus lebih aktif. Sebagian besar mata kuliah bisa diakses mahasiswa melalui internet atau website. Jadi kita mengarah ke sana,” ujarnya.

Untuk itu, butuh persiapan yang matang, mulai dari fasilitas laboratorium atau fasilitas pendukung lainnya. “Tentu secara bertahap, karena ini membutuhkan investasi besar, perubahan mindset yang besar di pengajar, mahasiswa maupun tenaga kependidikan,” tuturnya.

Ia mengemukakan, standard mutu IPB menargetkan 20 persen mata kuliah di IPB akan didigitalisasi. Namun, itu tidak bisa sekaligus diselesaikan tahun ini. “Kita lihat, paling tidak harus tercapai lima tahun ke depan. Dua puluh  persen dari ribuan mata kuliah itu banyak juga,” paparnya.

Menurutnya, sekarang ini yang dilakukan adalah continuous improvement. Tapi pihaknya juga menyadari bahwa pendidikan juga harus disesuaikan dengan tantangan baru. “Kalau ada perubahan bukan berarti yang dulu tidak bagus, tapi karena tantangan jaman yang harus kita hadapi,” tuturnya.

Oleh karena itu, kelas internasional yang dulu belum formal betul, sekarang akan diformalkan. Tahun ini IPB akan membuka tiga kelas internasional. Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) kira-kira akan membuka  satu kelas untuk 30-35 mahasiswa (mayoritas peminatnya dari luar negeri, terutama dari Malaysia). Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) dan Departemen Ilmu dan Teknologi Pertanian (ITP) dari Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) masing-masing akan menerima 20 mahasiswa.

“TIN dan ITP bisa menerima mahasiswa dalam negeri, tetapi karena kelas ini diselenggarakan dengan bahasa Inggris tentu harus memenuhi syarat-syarat yang akan ditetapkan. Program internasional ini masuknya jalur mandiri,” ujarnya.

Selain itu, Drajat juga akan melakukan penataan program studi. Sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH), IPB punya otonomi untuk mengatur program studinya. Program studi di program pascasarjana yang sudah lama berdiri mungkin masih ada yang relevan tapi ada juga yang kurang relevan lagi. “Ke depan akan mulai ditata lagi, apakah ada penggabungan atau tidak,” katanya.

Pendidikan karakter juga akan dikembangkan di IPB. Menurutnya, perlu penguatan pendidikan karakter pada generasi milenial yang sekarang sudah mulai menampakkan dampak negatifnya. Seperti asyik dengan dunianya sendiri, tidak sesuai dengan ajaran agama dan semangat kebangsaan bahkan hingga anti sosial.

“Sementara itu, yang paling penting adalah kita tidak mungkin menghasilkan lulusan yang hebat kalau inputnya tidak hebat. Keberhasilan Proyek Perintis II (seleksi rapor) yang kita inisiasi, IPB berhasil mendapatkan input yang luar biasa bagus kualitasnya. Tapi begitu menjadi sistem nasional, IPB menghadapi kompetisi yang berat,” tuturnya.

Tidak bisa dipungkiri, calon mahasiswa yang bagus-bagus kualitas akademiknya kebanyakan memilih jurusan yang populer seperti kedokteran, teknik sipil dan sebagainya. “Oleh karena itu menjadi sangat penting bagi kita untuk menjaga kualitas dan sosialisasi bahwa di IPB itu ranah keilmuan yang dipelajari sangat luas. Tidak hanya on-farm,  tapi off-farmnya juga dipelajari,” ujarnya.

IPB terus-menerus melakukan terobosan-terobosan baru untuk mendapatkan calon siswa terbaik. Jalur mandiri IPB didesain secara kreatif untuk mendapatkan mahasiswa yang baik dan berupaya ada penyebaran penanggungan beban keuangan, misalnya Beasiswa Utusan Daerah (BUD).

Selain itu, kata dia,  terobosan bagus yang sudah dilaksanakan adalah pencarian talenta yang punya motivasi kuat terhadap pertanian yakni melalui Ujian Talenta Masuk (UTM) IPB. Tahun ini maksimal 4.000 (empat ribu) mahasiswa baru yang akan diterima IPB, dimana 50 persen berasal dari jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), 30 persen berasal dari jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan sisanya jalur mandiri (BUD, PIN, OSIS, UTM).

“Ke depan kita butuh pemimpin yang cerdas dan tangguh yang punya basis keilmuan serta daya analisis yang tinggi. Melalui kepemimpinan rektor sekarang, Dr Arif Satria, kita luncurkan terobosan baru melalui input calon mahasiswa yang punya jiwa leadership. Kita kuatkan intelektualitasnya agar tercipta pemimpin yang intelek. Sehingga kebijakan yang dihasilkan berbasis evident scientific,” terangnya.

Ia menjelaskan, Direktorat Kemahasiswaan akan digabungkan dengan pengembangan karir dan kewirausahaan mahasiswa. Kesejahteraan mahasiswa ini mengalami masalah yang kompleks dimana 30 persen mahasiswa IPB berasal dari golongan ekonomi lemah. Beberapa bisa diselesaikan dari Program Bidikmisi tapi tidak semuanya. IPB akan mengupayakan ada banyak beasiswa yang bisa menyelesaikan persoalan terkait Uang Kuliah Tunggal (UKT).

“Kita sekarang belum tetapkan UKT karena pengalaman tahun lalu dimana UKT tidak boleh naik, tetapi untuk jalur mandiri diperbolehkan. Program internasional misalnya tentu lebih mahal. Nah, yang akan membedakan sekarang adalah UKT akan diumumkan kepada calon mahasiswa lebih awal. Kira-kira akhir bulan Februari ini akan segera kita umumkan,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement