Jumat 02 Feb 2018 12:36 WIB

ITS Juarai Green Wave Competition di Singapura

ITS mengalahkan kampus ternama National University of Singapore (NUS).

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Dwi Murdaningsih
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Foto: wikipedia
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali menunjukkan taringnya di kancah internasional. Kali ini prestasi membanggakan itu diukir oleh tim dari Departemen Teknik Transportasi Laut yang berhasil memboyong juara pertama dalam ajang Green Wave Enviromental Care Competition di Singapura.

ITS sudah keempat kalinya mengikuti ajang bergengsi tersebut dimulai sejak tahun 2014. Namun baru kali ini bisa mengalahkan kampus ternama National University of Singapore (NUS).
 
Ajang yang penilaiannya sudah dilangsungkan sejak 8 November 2017 lalu ini merupakan kompetisi tingkat internasional yang diadakan oleh Sembcorp Marines School Environmental Care Project Committee, perusahaan yang ada di Singapura. Dalam kompetisi tersebut, ITS memenangkan beberapa award, antara lain Best Champion, Best Presenter, Merit Award, dan Commendation Award.
 
Kepala Departemen Teknik Transportasi Laut ITS Tri Achmadi mengungkapkan, sebenarnya ada tiga tim yang mewakili ITS dalam ajang tersebut. "Namun, hanya satu tim yang lolos sampai tiga besar dan akhirnya jadi juara," kata Tri saat ditemui di ruang kerjanya di Surabaya, Jumat (2/2).
 
Tim tersebut terdiri dari Zefri Irawan, Shinta Johar Alif Rahadi, Rachmad Ananto Wicaksono, dan Dwiki Febrianto yang menggagas mesin untuk mengatasi masalah limbah atau sampah serat kelapa. Tri menjelaskan, ide tersebut berawal dari kondisi saat ini banyak masyarakat lokal di daerah pesisir pantai yang belum mengerti cara mengelola limbah serat kelapa dengan benar.
 
"Alhasil, mereka hanya membakar serat kelapa tersebut yang mengakibatkan timbulnya polusi udara. Dari situlah muncul ide Coco Fibers Converter (COFITER). Tim ITS ini berhasil menjawab tantangan yang diberikan untuk menciptakan alat yang ramah lingkungan," ujar Tri.
 
Tri menjelaskan, COFITER dapat mengonversi limbah serat kelapa menjadi genteng yang kuat, murah, cepat dan eco-friendly. Hal yang membuat mesin ini unggul daripada yang lain yaitu karena mampu menangani tiga masalah sekaligus, yakni masalah ekonomi, lingkungan dan sosial.
 
Keunggulan lain dari mesin ini, dapat meredam polusi seminimal mungkin dan tentunya akan dibandrol dengan biaya yang murah, sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Ia juga menambahkan, kalau nantinya mesin ini juga bisa membantu pemerintah Indonesia. Yakni dalam pengelolaan limbah dan penyediaan atap untuk Program Sejuta Rumah.
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement