Senin 29 Jan 2018 18:00 WIB

ITS Rancang Alat Terapis Stroke dan Osteoporosis 3D

Tim ini beranggotakan tiga dosen dan satu mahasiswa.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
ITS
ITS

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tim peneliti dari Departemen Teknik Komputer Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, merancang aplikasi untuk membantu penyembuhan pasien stroke dan osteoporosis. Aplikasi yang diberi nama Medical Capture (MedCap) tersebut memanfaatkan sistem capture berbasis tiga dimensi, untuk memberikan manipulasi gerakan terapis ke pasien, sebagai bentuk representasi penyembuhan stroke dan osteoporosis.

Tim ini beranggotakan tiga dosen dan satu mahasiswa, yakni Supeno Mardi Susiki Nugroho, I Ketut Eddy Purnama, Christyowidiasmoro, dan mahasiswa bernama Harista Agam. Bermodalkan komputer dan kamera kinect (stereovision), tim ini merancang sebuah aplikasi fisioterapis berbentuk 3D yang bekerja dengan menangkap gambar atau citra menggunakan dua arah sudut pandang yang berbeda.

Supeno menjelaskan, kamera kinect memiliki dua buah kamera utama. Yaitu kamera depth dan kamera RGB, serta sebuah pemancar inframerah. Kamera depth digunakan untuk mengetahui jarak kedalaman objek dari kamera. "Sedangkan kamera RGB digunakan untuk mengetahui bentuk tekstur atau permukaan objek," kata pria yang akrab disapa Uki dalam siaran persnya, Senin (29/1).

Uki kemudian menjelaskan cara kerja dari MedCap tersebut. Yaitu mencatat gerakan dari seorang pasien fisioterapi, kemudian gerakan tersebut disimpan dalam memori, dan dimanipulasikan oleh avatar 3D.

Kemudian, pasien akan menirukan gerakan avatar yang tampil di monitor dengan menitikberatkan posisi gerakan dalam tiga sumbu koordinat, yaitu sumbu x, y, dan z. "Gerakan pasien akan dinilai secara otomatis berdasarkan tingkat kesamaan, kelincahan, dan keluwesan," ujar Uki.

Inovasi munculnya ide MedCap, lanjut Uki, berawal dari tujuan membantu para penderita stroke dan osteoporosis dalam melakukan rehabilitasi secara mandiri. Sekaligus, mempertemukan secara tidak langsung antara fisioterapis dan pasien khususnya di daerah perdesaan yang jarang ditemukannya layanan fisioterapi.

"Jika gerakan terapis ini dilakukan secara rutin dan benar, maka insya Allah akan sembuh dari penyakitnya secara perlahan," kata Uki.

Pada layar monitor terdapat tiga animasi. Animasi pertama menunjukkan gerakan fisioterapi pada tulang dan titik sendi, animasi kedua berbentuk avatar lengkap dengan postur tubuh, dan animasi ketiga menunjukkan gerakan pasien saat berlatih.

Sejauh ini, kamera kinect hanya mampu menangkap gerakan seseorang yang memiliki ketinggian postur tubuh antara 1,5 2 meter, serta jarak optimal dua meter dari kamera. "Sehingga masih perlu pengembangan lagi," kata peneliti lainnya, I Ketut Eddy Purnama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement