REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry dan Universitas Malikussaleh Lhokseumawe menjalin kerja sama dengan Artline Shachihata Nagoya Jepang. Kegiatan yang dilanjutkan dengan kuliah umum tersebut berlangsung di Aula lantai III gedung Rektorat UIN Ar-Raniry, Darussalam Banda Aceh, Kamis (18/1).
Penandatanganan naskah kerja sama tiga lembaga tersebut, pihak UIN ditandatangani oleh Rektor Prof Dr H Farid Wajdi Ibrahim, MA, disaksikan oleh Warek bidang kerja sama Prof Dr H Syamsul Rijal Sys, MAg; pihak Unimal ditandatangani oleh Rektor, Prof Dr H Apridar SE, MSi; sementara dari pihak Artline Shachihata ditandatangani oleh Presiden Direktur Artline Indonesia Mr Aruwan Soenardi, disaksikan oleh General Manager Artline Shachihata Nagoya Jepang Mr Masaaki Okuno.
Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Farid usai menadatangani MoU, mengatakan pimpinan UIN Ar-Raniry menyambut baik kegiatan ini. Hal itu dengan melihat kondisi Aceh ini berada di sudut Indonesia mendapat pantauan dari Jepang, khususnya oleh lembaga Artline.
Dalam hal ini, Artline menawarkan kerja sama dengan kampus di Aceh dalam rangka penguatan sumber daya manusia, dan membuka les bahasa Jepang yakni Jepang Corner yang dikelola oleh International Office UIN Ar-Raniry.
Karena itu, diharapkan mahasiswa mengambil peluang ini. “Karena jika ada mahasiswa kita yang ingin melanjutkan studi ke Jepang, tentu harus memahami bahasa mereka. Kita memberi apresiasi kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dalam kegiatan ini,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (18/1).
Rektor mengharapkan kepada civitas akademika lainnya di lingkungan UIN Ar-Raniry dapat mengambil bahagian ini. Ini pertanda baik untuk mempergunakan peluang beasiswa untuk membantu pendidikan di Aceh.
Rektor Unimal Prof Dr Apridar mengatakan, masyarakat Jepang sangat komitmen dalam hal pendidikan. Mereka menyadari bahwa kemajuan negara mereka adalah akibat majunya pendidikan. Karena itulah, mereka mengalokasikan dana yang besar dalam membangun pendidikan.
Kedua, komitmen masyrakat Jepang, bahwa mereka ingin melihat kemajuan dunia ke depan berada di Asia. Dan yang paling besar di Asia adalah Indonesia. Seharusnya kebangkitan peradaban di dunia ini khususnya di Asia harus bangkit dimulai dari Indonesia.
“Makanya mereka memilih Indonesia sebagai salah satu pilihan yang sangat tepat,” ujar Prof Apridar. “Kita perlu banyak belajar pada Jepang dalam berbagai hal,” tambahnya.
General Manager Artline Shachihata Nagoya Jepang Mr Masaaki Okuno mengatakan, hal yang paling mendasar untuk membangun sebuah bangsa adalah pendidikan. Hal itu berangkat dari keterpurukan negara Jepang setelah tragedi bom atom di negara tersebut.
Menurutnya, setelah kejadian tersebut tidak ada pilihan lain bagi masyarakat Jepang selain meningkatkan pendidikan kepada rakyatnya, dan pada saat itu tidak ada orang yang tidak sekolah.
“Aceh dan Jepang memiliki kesamaan, dimana bangkit setelah terjadinya bencana. Kami tergerak hati untuk bekerja sama, khususnya di bidang pendidikan. Dalam hal ini kami tidak dapat bekerja sendiri tanpa ada dukungan dari para pihak,” ujarnya.
Setelah kerja sama ini, Masaaki mengharapkan para pihak yang telah mejalin kerja sama ini dapat membantu, demi terwujudnya pendidikan yang baik di Aceh.