Senin 15 Jan 2018 10:31 WIB

Teknologi INTIP Tingkatkan Efisiensi Pembangkit Arus Laut

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Pembangkit listrik, ilustrasi
Pembangkit listrik, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Geliat pengembangan energi baru terbarukan (EBT) kian menjadi perhatian. Pun di kalangan akademisi, semua bersiap menyajikan teknologi terbaru guna mendorong efisiensi pemanfaatan teknologi EBT. Salah satunya adalah prototype pembangkit listrik tenaga gelombang laut karya mahasiswa dari Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang diberi nama Indonesia Tidal Power (INTIP).

Dikutip dari laman resmi kampus ITS,  tim tersebut berhasil mengembangkan inovasi pembangkit listrik sistem kombinasi tenaga gelombang laut tipe Oscilating Water Column dan angin yang memanfaatkan sistem katup. Oscilating Water Column merupakan salah satu teknologi pembangkit energi listrik tenaga arus laut yang paling banyak diminati. Sayangnya, Oscilating Water Column ini dinilai memiliki tingkat efisiensi yang masih rendah karena suplai udara ke generator tidak terus menerus.
 
Melihat kekurangan tersebut, sistem katup INTIP membuat sistem searah, sehingga terdapat celah udara bertekanan yang mengalir dengan bebas. Udara bertekanan tersebut kemudian dimanfaatkan untuk menggerakan pembangkit listrik tenaga angin. Dari hasil pengujian, nilai tegangan yang dihasilkan INTIP mengalami peningkatan sebesar 24 persen dibandingkan dengan teknologi konvensional.
 
Digawangi Ghufron Fawaid, Muhammad Rifky Abdul Fattah, Pinanggih Rahayu dan Aniq Jazilatur, INTIP diharapkan dapat berkembang dan diaplikasikan pada daerah pesisir yang memiliki potensi gelombang laut besar, terutama untuk meningkatkan rasio elektrifikasi pada daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
 
Sebelumnya, Indonesia tengah menjajaki pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut di Selat Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Menteri ESDM Ignasius Jonan menyampaikan bahwa pengembangan pembangkit listrik tenaga arus laut di Selat Larantuka bisa memenuhi nilai keekonomian dimana harga terakhir yang ditawarkan oleh pengembang sebesar  7,19 sen dolar AS per kWh

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement