Senin 08 Jan 2018 16:57 WIB

Menristek Targetkan Regulasi E-Learning Kelar Akhir 2018

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Indonesia dan Filipina mengembangkan project learning dalam sejumlah bidang pelajaran.
Foto: Republika/ Erdy Nasrul
Indonesia dan Filipina mengembangkan project learning dalam sejumlah bidang pelajaran.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti ) Mohammad Natsir menargetkan peraturan soal pendidikan jarak jauh atau e-learning perguruan tinggi mampu selesai pada akhir tahun 2018. Nantinya, aturan e-learning ditetapkan dalam Peraturan Menristekdikti (Permenristekdikti).

Ia mengatakan sempat mengumpulkan para rektor dalam rangka sosialisasi pembentukan Permenristekdikti tersebut. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan para rektor agar berpikir kompetitif pada tingkat dunia lewat penerapan e-learning. Tujuan lainnya, kata dia, ialah mendongkrak APK di Indonesia.

"Ini sudah harus dibicarakan ke seluruh rektor, bulan Januari awal, saya undang para rektor ke depan dunia digital bagaimana sistem dikti e-learning, karena dikti APK-nya masih 29 persen, Korea Selatan sudah 80 persen, Malaysia 40 persen. Sangat jauh tertinggal, salah satu cara (solusi) ya e-learning," katanya pada wartawan saat mengunjungi Universitas Siliwangi Kota Tasik, Senin (8/1).

Ia menyebut Permenristekdikti soal e-learning akan memuat metode Perguruan Tinggi baik swasta atau negeri dalam penerapan e-learning. Sekaligus pengelolaan sistem informasi e-learning. Ia optimis kasus kampus bodong tak akan kembali terulang dengan penerapan e-learning.

"Pengawasan harus baik. Kalau mereka dinyatakan kuliah klik aplikasinya 'saya kuliah' misalnya. Berapa lama kuliah di-record dan pengerjaan tugas seperti apa," ujarnya.

Ia memandang sejumlah universitas baik swasta atau negeri sudah memulai mempraktekan e-learning. Pihak Kemenristekdikti, kata dia, tak akan berkutat pada penyedian infrastruktur, melainkan pada regulasi saja.

"Infrastruktur silakan masing-masing kampus, kami tidak siapkan, kami atur regulasinya saja," ucapnya.

Ia memandang kebutuhan e-learning kian mendesak setiap tahunnya. Ia mencontohkan kampus-kampus di negara maju mulai mengalami sepi di kelas-kelas pengajaran. Para mahasiswa, justru menempuh pendidikan lewat e-learning.

"Gedung universitas bukan jadi tujuan tapi jaringannya (sistem informasinya) yang penting. Kuliah ke depan itu roomless tidak lagi kampus utama. di taiwan 40 persen kampus nganggur, AS sudah arah kesana," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement