Rabu 20 Dec 2017 08:30 WIB

Hijauan Pakan Ternak Perlu Segera Dikomersialisasikan

Suasana Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI).
Foto: Dok IPB
Suasana Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Supply Chain Bahan Pakan Lokal Strategis untuk Ketahanan Pangan Nasional” di Ruang Sidang Fakultas Peternakan Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Senin (18/12).

Dalam FGD ini, Guru Besar IPB yang juga Chairman FLPI, Prof  Dr  Luki Abdullah ingin mendorong jagung menjadi hijauan pakan strategis. Menurutnya, hijauan pakan harus segera dikomersialisasikan. “Bagaimana kita akan bicara swasembada daging, jika kita tidak serius memikirkan dan membahas hijauan pakan,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (19/12).

Prof  Luki mengatakan,  jagung relatif stabil dalam ketersediaannya. Selain itu, jagung masuk kategori hijauan pakan. Hijauan pakan baru terdorong masuk ke dunia bisnis.

Hijauan makanan ternak tidak masuk ke dalam tanaman perkebunan. Namun sayang jagung tidak masuk kategori tanaman perkebunan atau tanaman menahun, bukan tanaman  semusim.

“Hijauan pakan akan kita dorong untuk mengarah kepada komersialisasi. Karena kalau itu tidak dipikirkan dan tidak dihitung sebagai komoditas ekonomi, maka selamanya tidak akan diusahakan untuk ada,” tambah Prof  Luki.

Ia menyampaikan seharusnya jagung masuk dalam tanaman perkebunan, dan setelah itu dapat dibagi dua:  jagung untuk ternak dan jagung untuk pangan. Hijauan juga masuk dalam land base bisnis yang saat ini  tidak masuk barang strategis. “Tapi kita ingin hijauan pakan lokal masuk sebagai hijauan pakan lokal strategis. Jika itu terjadi, supply chain akan lebih baik,” terangnya.

Acara tersebut  juga mengundang nara sumber  pakar pakan ternak, Dr Suryahadi yang membahas tema “Sistem Logistik Guna Menjamin Ketersediaan Pakan”. Ia menyampaikan kendala pakan dalam kapal angkut sapi yang disiapkan pemerintah untuk memudahkan distribusi sapi, seharusnya tidak perlu terjadi.

Alasannya, Indonesia  punya potensi pakan tinggi. Banyak sekali yang bisa dimanfaatkan. Untuk itu pentingnya sistem logistik dapat menjamin pakan di masa depan.

Dr Suryahadi mengatakan saat ini kepemilikan sapi  masih kepemilikan rendah, tidak bisa lebih tinggi. Kendalanya karena peternak kesulitan pengadaan pakan. Pakan dikelola masih parsial, tidak secara keseluruhan.

Akibatnya kondisi sapi sangat kurus. “Supaya ketersediaan pakan menjadi tersedia sepanjang waktu, perlu pengembangan sistem produksi pakan,” kata Dr. Suryahadi.

Sementara itu pembicara aspek sosial ekonomi, hadir Dr Dedi Budiman Hakim, dengan tema “Konsep Kebijakan Suppy Chain Pakan Lokal Strategis dan Implikasinya”. Ia menyampaikan, perubahan harga di peternak tidak mengikuti pola perubahan harga di konsumen. “Ada masalah sistem informasi di industri ini dan dapat berarti biaya produksinya tinggi,” ujarnya.

Pembicara lainnya adalah Eny Hastuti dari Direktorat Pakan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI dengan mengangkat tema “Regulasi Pemerintah terhadap Rantai Pasok Pakan Lokal Strategis”. Turut hadir antara lain Dekan Fapet IPB, Dr Moh Yamin dan Prof  Dr Nahrowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement