Jumat 17 Nov 2017 10:12 WIB

Mahasiswa Balikpapan Luncurkan Mobil Listrik Enggang Evo 1

Mobil listrik di charge (ilustrasi)
Mobil listrik di charge (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BALIPAPAN -- Sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (ITK) meluncurkan sebuah mobil listrik Enggang Evo 1. Mobil dengan tempat duduk tunggal ala mobil Formula 1 diluncurkan di kampus ITK Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Ini langkah awal dan ke depannya kami akan terus sempurnakan," kata Herdy Aditya, mahasiswa Fakultas Teknik Mesin yang memimpin 15 rekannya mengembangkan mobil tersebut, saat ditemui di Balikpapan, Jumat (17/11).

Para mahasiswa Teknik Mesin dan Teknik Elektro ITK Balikpapan bergabung mengerjakan proyek ini. Mobil prototipe ini bisa melaju hingga kecepatan 60 kilometer per jam.

Sistem gerak mobil, yaitu mesin, transmisi, suspensi, pengereman, dan aerodinamis dikerjakan oleh mahasiswa Teknik Mesin. Sedangkan mahasiswa Teknik Elektro mengerjakan sistem kelistrikan mobil, menyiapkan panel-panel indikator, termasuk menghitung kekuatan aki yang diperlukan untuk menggerakkan mobil.

Sebagai uji coba, lanjut Herdy, mobil ini akan diikutsertakan pada ajang kompetisi mobil listrik yang diselenggarakan Politeknik Negeri Bandung, 24 November 2017.

Pada lomba itu akan diuji kemampuan akselerasi, efisiensi tenaga, kekuatan menanjak, slalom, dan pengereman. Mobil itu menggunakan empat roda sepeda motor, sekalian dengan rem cakram dan kalipernya sebagai penyalur daya mesin untuk bergerak.

Rangka atau chasis dibuat dari pipa besi 17 mm dengan badan dari pelat alumunium. Sejumlah stiker nama sponsor ditempel di badan mobil tersebut, seperti stiker Pertamina menjadi yang paling besar di antara lainnya.

Sebagai penyimpan daya bukan menggunakan aki khusus mobil listrik, namun Enggang Evo 1 hanya menggunakan empat buah aki mobil sebagai sumber daya.

Menurut Herdy, mobil yang mereka buat memang masih sangat sederhana, baik dari penampilan maupun aksinya. "Kami masih kesulitan dalam slalom atau gerak zigzag. Tapi, kalau nanti jarak antar-cone 2 meter atau lebih, kami optimistis bisa tampil baik," kata Herdy.

Cone adalah kerucut dari plastik bercampur karet dan berwarna oranye yang biasa digunakan sebagai penanda batas di jalan. Pada sisi lain, meski penampilannya mengacu mobil balap formula, Enggang Ego 1 baru bisa melaju maksimal 60 km per jam. Itu pun hanya untuk satu jam dengan berat pengemudi maksimal 55 kg, karena apabila pengemudi lebih berat dari itu, mobil masih kesulitan mendapatkan kecepatan maksimal.

Sesudahnya, aki yang digunakan soak dan harus diisi daya kembali agar mobil bisa bergerak lagi. "Sesuai janji kami, ini mobil memang prototipe yang dasar sekali. Tapi, setidaknya kami sudah punya karya dan ini akan kami kembangkan terus," kata Herdy.

Sementara itu, Alfian Djafar, dosen pembimbing para mahasiswa dalam proyek tersebut, menambahkan bahwa ke depannya ITK akan lebih fokus mengembangkan mobil dengan fungsi khusus dan bukan mobil penumpang umum.

Ia menyebutkan ide yang tengah mengemuka saat ini adalah membuat mobil "sweeper" atau mobil penyapu atau pengepel yang menggunakan energi listrik.

Mobil sweeper berenergi listrik sudah lazim terlihat di gedung yang menggunakan lantai luas seperti mal atau bandara. "Tapi, yang digunakan untuk menyapu jalan masih berbahan bakar solar. Kami akan buat alternatifnya yang menggunakan listrik," kata Djafar.

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITK Mochammad Purwanto juga mengatakan, untuk kampus yang baru berumur tiga tahun, pencapaian mahasiswa ITK dengan membuat mobil listrik sudah luar biasa. "Artinya ide dan kreativitas, juga kemampuannya menjadi satu karya, anak-anak kami tak kalah," katanya.

Institut Teknologi Kalimantan dibangun di Balikpapan sejak tahun 2012. Setelah dua tahun persiapan, tahun 2014 mulai menerima mahasiswa yang dititipkan belajar di ITS Surabaya, sementara gedung-gedung perkuliahan mulai dibangun di kawasan Kariangau.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement