Kamis 09 Nov 2017 20:07 WIB

UGM Gelar Malam Puncak Anugerah Sastra dan Seni

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Hazliansyah
Universitas Gadjah Mada.
Universitas Gadjah Mada.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Anugerah Sastra dan Seni ke-4 dan Lomba Sastra dan Seni 2017. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama dengan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada.

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai salah satu langkah nyata dalam usaha memberikan ruang ekspresi, kepada para pelaku sastra dan seni agar terus berkarya. Kegiatan bertujuan memicu kembali gairah bersastra-seni mengasah budi dan kecendikian.

Lomba telah menjaring 2.149 karya sastra dan seni, yang sudah dikategorikan dalam puisi, cerpen, foto, film pendek, meme, dan kritik sastra. Malam puncak akan dilaksanakan Jumat (10/11) di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono direncanakan hadir pada malam puncak.

Ada pula orasi budaya dari sastrawan Budi Darma, serta pembacaan puisi Christine Hakim dan Kedung Darma Romansha. Selain itu, malam puncak Anugerah Sastra dan Seni UGM menghadirkan pentas Goro-Goro Diponegoro dari kelompok seni Mantradisi, Voice of Citizen dan Rampoe UGM. Ini jadi bentuk komitmen UGM atas perkembangan sastra dan budaya di Indonesia.

Perwakilan Panitia Malam Anugerah Sastra, Sudibyo mengatakan, kehadiran sastra dan seni pada masa lalu yang pernah jadi garda terdepan pengasah budi, telah tergantikan kehadiran media massa. Utamanya, dalam bentuk media sosial.

"Bahkan, dalam lingkungan kampus sekalipun, karya sastra seolah alami penurunan penikmat, yang terlihat dengan mengecilnya ketertarikan mahasiswa pada kajian puisi dan prosa. Ini tentu ironis, mengingat pentingnya kedua genre sastra itu," kata Sudibyo di Ruang Humas dan Protokol UGM, Kamis (9/11)..

Baik puisi dan prosa, keduanya berperan sebagai salah satu sarana pengasah budi pekerja, dengan menghadirkan makna-makna semiotika. Karenanya, diperlukan kecerdasan pikiran dan perasaan untuk memahaminya.

"Dalam usaha menjelaskan kembali pentingnya sastra dan seni sebagai pengasah budi dan kecendekiawan, Fakultas Ilmu Budaya menggelar Anugerah Sastra dan Seni," kata Sudibyo.  

Sastra dan seni sendiri merupakan aktivitas manusia yang secara historis ditujukan untuk mengasah akal dan budi manusia. Dua aspek itu seringkali jadi garda depan perjuangan kemanusiaan saat aspek-aspek lain gagal mendobrak rezim.

Tahun ini, lomba sastra dan seni sendiri mengangkat tema besar Revitalisasi Penghargaan Terhadap Perbedaan. Tema itu diangkat untuk mengingatkan kembali realitas jika bangsa Indonesia plural, dan toleransi sangat kental dalam berkehidupan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement