Rabu 01 Nov 2017 08:13 WIB

Angkat Metamorfosa Manusia, ITS Jadi Juara di Rumania

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember--ITS--, Surabaya
Foto: ITS
Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember--ITS--, Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Enam mahasiswa Departemen Produk Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyabet juara ketiga dalam kompetisi bergengsi tingkat internasional. Kelompok mahasiswa yang tergabung dalam tim LZY Visual itu menjadi juara tiga dalam ajang Video-Maping Internasional, Light Up Festival Romania di Iasi, Rumania.

Kompetisi yang dihelat oleh perusahaan IULIUS ini merupakan suatu kompetisi video mapping skala internasional. Video mapping ini merupakan teknologi proyeksi yang menggunakan bangunan sebagai layar display untuk video. Pada kompetisi ini peserta harus melakukan pemetaan visual interaktif dengan objek bangunan yang digunakan dalam lomba ini yaitu Palace of Culture di Iasi.

"Juli lalu, kami mengirimkan video demo berdurasi 30 detik berjudul Mysterious Egg, kata Esa Perkasa Novesada, ketua tim LZY Visual di Surabaya, Rabu (1/11).

Video demo itulah, kata Esa, yang menjadi kunci penting karena menghantarkan tim LZY Visual lolos ke babak final. Di babak final, tim LZY Visual bersaing dengan lima tim lain yang berasal dari tuan rumah Rumania, Ukraina, Jerman, serta Prancis.

"Tidak hanya video demo, lanjutnya, para peserta juga diharuskan mencantumkan deskripsi singkat serta konsep yang diajukan dalam skenario video-mapping tersebut. Babak penyisihan ini cukup ketat. Beberapa poin yang dinilai adalah konten, kreativitas, teknik visualisasi, serta pesan yang dibawa," ujar Esa.

Ditanya mengenai detail konsep, Esa menuturkan, semua terinspirasi dari kehidupan  sehari-hari. Mengangkat judul Mysterious Egg, video Esa bersama timnya mencoba menarasikan tentang kemampuan tiap pribadi manusia dalam mengendalikan dan mengubah dunia.

"Kata telur di sini menggambarkan titik mula perjalanan seorang insan manusia," kata Esa.

Pada hakekatnya, lanjut Esa, semua manusia dilahirkan dalam keadaan yang suci, terlambang dengan kemilau cahaya berwarna putih. Namun pada akhirnya semua bergantung pada energi positif dan negatif yang memengaruhinya. "Apabila manusia dipengaruhi energi positif maka dunia akan indah dan damai dibuatnya. Begitu pula sebaliknya, jika lebih banyak energi negatif yang mempengaruhi, maka hanya kerusakan dan kehancuran yang ada," ujar Esa.

Dari energi positif itulah kemudian muncul cahaya baru bernama kecerdasan. Esa bersama rekanya mencoba menjabarkan bahwa kecerdasan di sini tidak hanya kecerdasan otak, namun juga kecerdasan spiritual. Akumulasi dari semua energi positif itu nantinya akan menumbuhkan rasa empati pada dunia dan lingkungan.

 

Kemudian dari empati tersebut hadirlah peradaban yang berkebudayaan dan berkarakter. Cahaya, pengetahuan, dan empati. Tiga pesan itulah yang coba dirangkum oleh Esa dan tim dalam video yang berdurasi lima menit tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement