Selasa 17 Oct 2017 18:10 WIB

Jokowi Ingin Buktikan Hasil Penemuan Riset Undip

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berdialog dengan seorang petani bawang asal Magelang, Fathul Hakim, saat memberikan orasi ilmiah pada acara Dies Natalis ke-60 Universitas Diponegoro (Undip), di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (17/10).
Foto: Antara/R.Rekotomo
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berdialog dengan seorang petani bawang asal Magelang, Fathul Hakim, saat memberikan orasi ilmiah pada acara Dies Natalis ke-60 Universitas Diponegoro (Undip), di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Presiden Joko Widodo ingin membuktikan sendiri hasil penemuan riset dari peneliti Universitas Diponegoro (Undip) khususnya sistem penyimpanan produk pertanian dengan teknologi ozon.

Dalam orasi ilmiahnya saat Dies Natalis ke-60 Universitas Diponegoro (Undip) di Stadion Undip Semarang, Selasa (17/10), Presiden memanggil ke panggung peneliti Undip penemu teknologi ozon Dr. M. Nur, DEA.

"Saya sangat menghargai riset-riset yang dilakukan oleh Undip mengenai D'Ozone, penelitinya juga di antara kita, mungkin Bapak bisa maju," kata Presiden memanggil M. Nur.

Presiden pun berdialog dengan peneliti sekaligus memanggil perwakilan petani yang akan menjadi pengguna hasil penelitian tersebut.

Menurut Presiden, riset-riset yang langsung bisa digunakan dan diterapkan di lapangan merupakan hal yang sangat diperlukan karena problem pangan Indonesia adalah masalah pasca-panen.

"Panennya kebanyakan bingung simpan dimana akhirnya banyak yang busuk. Masalah ini berpuluh-puluh tahun tidak bisa kita atasi jadi dengan adanya penelitian ini sangat membantu bagi petani kalau itu layak secara bisnis dan visibel secara ekonomi," katanya.

Kepada Presiden, M. Nur mengatakan produk hasil risetnya menggunakan teknologi plasma yang mampu membangkitkan ozon.

"Ozon ini bisa membunuh mikroorganisme penyebab busuk produk pertanian tersebut," katanya.

Presiden pun menanyakan cara kerja hasil riset tersebut yang bisa menyimpan produk pertanian seperti beras dalam waktu setahun tanpa rusak atau cabai lebih dari tiga bulan tanpa rusak.

"Jadi beras kita kirim ozon ke beras tersebut, ozon itu membunuh mikroorganisme yang menjadi penyebab busuknya beras tersebut," katanya.

Soal rasa yang juga sempat ditanyakan Presiden, dan menurut M Nur tidak terpengaruh sedikitpun. Presiden pun menanyakan harga alat tersebut yang dijawab peneliti berkisar Rp 165 juta untuk kapasitas 10 m kubik dengan konsumsi listrik yang sangat kecil.

Presiden kemudian memanggil perwakilan petani yang akan menggunakan alat tersebut, namun ia sekaligus ingin membuktikan sendiri efektivitas penggunaan alat tersebut.

"Kalau saya belum (paham). Kenapa saya senang ke lapangan karena kalau diceritain masih belum nangkap. Saya akan lihat nanti kalau D'Ozone sudah dipegang, nanti saya lihat di lapangan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement