Jumat 08 Sep 2017 10:43 WIB

IPB Kembangkan Teknologi Biosensor Asam Urat

IPB kembangkan teknologi biosensor asam urat.
Foto: Dok IPB
IPB kembangkan teknologi biosensor asam urat.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Asam urat merupakan suatu hasil akhir dari metabolisme purin dalam tubuh manusia. Kecepatan ekskresi asam urat orang dewasa yang sehat adalah 0,6 g/24 jam. Kadar asam urat normal dalam serum adalah antara 0,13 dan 0,46 mM. Apabila kadar asam urat normal dalam tubuh telah diketahui, maka adanya suatu ketidaknormalan atau penyakit yang berhubungan dengan kelainan metabolisme purin dapat ditentukan.

Kadar asam urat yang tinggi dalam darah (hyperuricemia) dapat mengindikasikan berbagai macam penyakit, seperti rematik, radang sendi, penyakit kardiovaskular, penyakit saraf, resistansi insulin, hipertensi, dan penyakit ginjal.

 

Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian tentang pengembangan teknologi biosensor asam urat menggunakan Lactobacillus plantarum. Mereka adalah Dyah Iswantini, Novik Nurhidayat, Akhiruddin Madu dan Deden Saprudin dari Departemen Kimia FMIPA IPB, Divisi Mikrobiologi, LIPI, Bogor dan Departemen Fisika FMIPA IPB.

 

Dyah Iswantini mengatakan, biosensor asam urat merupakan deteksi awal terhadap pasien yang menderita penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat dalam darah seperti: gout, hipertensi dan lain-lain. Maka perlu diperoleh metode deteksi asam urat yang akurat, praktis dan murah.

 

“Kami berhasil mengembangkan teknik deteksi asam urat dengan menggunakan Lactobacillus plantarum sebagai penghasil urikase sebagai komponen biologis yang dapat digunakan untuk mendeteksi kadar asam urat,” ujar Dyah Iswantini dalam rilis IPB yang diterima Republika.co.id, Kamis (7/9).

 

Hasil riset menunjukkan, pengukuran asam urat sel L. plantarum  yang diimobilisasi pada membran zeolit/kappakaraginan di atas permukaan  Screen Printed Electrode (SPE) menghasilkan  arus oksidasi, 29.9 µA. Hasil ini hampir tiga kali lebih besar daripada arus yang dihasilkan pada pengukuran arus menggunakan elektroda pasta karbon biasa.

 

“Melihat dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa SPE lebih baik digunakan sebagai elektroda pada pembuatan prototipe biosensor asam urat,” tuturnya.

 

Pengukuran stabilitas biosensor asam urat menggunakan biofilm L. plantarum yang diimbilisasi pada permukaan SPE menghasilkan sisa aktivitas sebesar 93,29  persen  pada hari ke-35. “Dari hasil tersebut, alat biosensor asam urat yang difabrikasi masal nantinya akan menggunakan biofilm L. plantarum sebagai bioreseptornya,” tutur Dyah Iswantini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement