Senin 28 Aug 2017 16:51 WIB

Programmer Festival Film Sundance Bagi Pengalaman di UMY

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sundance Film Festival
Sundance Film Festival

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggelar seminar bertajuk Behind the Scene of Film Making Weiner, film dokumenter Amerika yang memenangkan The Grand Jury Price di Sundance. Kegiatan itu menghadirkan Hussain Currimbhoy, selaku programmer festival film internasional, Sundance.

Dalam paparannya, ia membagikan pengalaman menjadi seorang programmer dari festival film Sundance selama 14 tahun. Ia menyampaikan, berbagai jenis film sudah masuk ke Sundance mulai dari dokumenter sampai horor, seperti The Face of Protes, The Maid, dan beberapa film Indonesia.

Ia menekankan, dunia perfilman memang miliki unsur yang harus diperhatikan, baik alur cerita dan teknik pengambilan gambar. Tapi, ia menegaskan, yang jadi faktor penting sebuah film memiliki pesan moral dan bisa mengedukasi, serta menyentuh hati penonton.

"Saya yakin suatu film memiliki filosofi tersendiri, maka seorang sutradara harus bisa lebih liar dalam memahami kondisi sosial maupun budaya, sehingga bisa dikemas jadi film dan bisa diterima masyarakat," kata Hussain di Ruang Ampitheater Gedung KH Ibrahim UMY, Senin (28/8).

Ia menambahkan, Sundance merupakan wadah pembuat film dunia yang ingin menunjukkan karya ke publik, dan semua film yang masuk akan didukung penih baik dari promo sampai peluncuran. Klasifikasi Sundance terdiri dari banyak faktor seperti relevansi, orisinalitas, artistik, dan potensi keterlibatan sosial.

"Untuk itu, kamu harus yakin dan mengikuti apa yang jadi jati diri dan gairah kamu, karena jika mau komitmen terhadap suatu gairah maka kamu akan selalu menang. Kemudian, anda harus bisa tampil dan percaya diri untuk bisa menunjukkan karya film kamu," ujar Hussain.

Direktur American Corner UMY, Puthut Ardianto menuturkan, kegiatan ini jadi yang ketiga kalinya diselenggarakan, dan tahun ini mengusung Behind the Scene of Film. Ia berharap, kegiatan seperti ini dapat menggerakkan dunia perfilman agar bisa mengedukasi mahasiswa, utamanya soal pemahaman budaya.

"Diharapkan mahasiswa bisa termotivasi membuat sebuah karya film, karena pada dasarnya making movie is great thing, dan kegiatan ini akan rutin dilaksanakan tiap tahun mengundang produser maupun aktor untuk menjadi narasumber," kata Puthut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement