Kamis 10 Aug 2017 14:08 WIB

Undiksha Tuan Rumah Simposium Nuklir Internasional

Inti nuklir. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Inti nuklir. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SINGARAJA -- Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Bali, menjadi tuan rumah simposium internasional tentang pemanfaatan nuklir melibatkan akademisi dan praktisi asal berbagai negara di dunia.

"Dipilihnya Undiksha dan Buleleng khususnya merupakan salah satu upaya kita bersama membangun Indonesia dari pinggiran," kata Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Suharso Manoarfa, di Kampus Undiksha, Kota Singaraja, Bali, Kamis.

Mengenai teknologi tuklir di Indonesia khususnya, memang sempat mengalami perdebatan cukup panjang selama ini, baik antara yang pro maupun kontra. Simposium tersebut diharapkan sebagai upaya menyamakan persespi dan komitmen bersama memanfaatkan energi nuklir demi kemajuan teknologi dan peradaban pada masa mendatang.

Menurut dia, pemanfaatan energi nuklir di Tanah Air saat ini berkembang pesat mulai dari inovasi, peralatan, dan keselamatan serta keamanan dari nuklir itu sendiri.

Indonesia, kata dia, sebagai salah satu negara besar di dunia dalam luas, penduduknya pada masa mendatang memerlukan energi tambahan. Energi tambahan itu untuk kepentingan berbagai aspek, demi pemenuhan energi, air, dan sumber daya alam, guna keberlangsungan kehidupan masyarakat.

"Oleh karena itu ada banyak tawaran-tawaran penerapan teknologi nuklir di Tanah Air dan jangan salah bapak bangsa kita, yakni Soekarno telah mencanangkan dari jauh-jauh mengenai ini," kata dia sembari menyatakan hal tersebut sebagai cikap bakal lahirnya Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).

Suharso Manoarfa lebih lanjut mengungkapkan, Indonesia terus berupaya mengembangkan nuklir sebagai sumber energi utama, antara lain dalam bidang kesehatan, pertanian, dan lingkungan.

"Dengan pertimbangan biaya yang lebih murah dari segi perawatan dan juga pengemasan tentu nuklir menjadi pilihan. Memang dari segi investasi memerlukan biaya yang lebih besar," kata dia.

Simposium tersebut akan dilaksanakan, 10-12 Agustus 2017, melibatkan puluhan akademisi dan praktisi nuklir asal berbagai negara di dunia. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement