Rabu 09 Aug 2017 19:10 WIB

Ketua MUI Beri Pemahaman Kebangsaan Maba ITS

Ketua MUI KH Ma'ruf Amin memberikan wawasan kebangsaan pada mahasiswa baru ITS.
Foto: Antara
Ketua MUI KH Ma'ruf Amin memberikan wawasan kebangsaan pada mahasiswa baru ITS.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA --  Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi pemahaman akan wawasan kebangsaan dan bahaya paham radikalisme kepada mahasiswa baru (maba) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/8). Dalam kesempatan itu, Ketua MUI KH Ma'ruf Amin menekankan pentingnya penguatan komitmen kebangsaan dari para mahasiswa.

Hal itu penting, kata dia, karena mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa dan tidak mudah dimasuki doktrin radikal dan intoleransi. "Komitmen kebangsaan mahasiswa harus diperkuat. Dulu ada penataran, sekarang mungkin arahnya ke sana. Itu menjadi penting bagi mahasiswa karena mereka calon-calon pemimpin ke depan," kata Kiai Ma'ruf.

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga menyebut paham keagamaan yang berkembang saat ini adalah paham yang radikal dan tak punya komitmen kebangsaan karena mempunyai pemikiran untuk mengganti dasar negara.

"Selain itu ada juga kelompok intoleran. Mereka menganggap paham selain mereka salah, kafir, bahkan pemerintah dianggap 'thogut' jadi harus diganti juga. Jadi mereka ingin mengganti Pancasila dengan sistem Khilafah. Itu kan bermasalah. Maka para mahasiswa ini harus dididik dan diluruskan supaya tidak terpengaruh oleh paham itu," ujar dia.

Oleh sebab itu, perguruan tinggi, kata dia, yang tidak bisa mengatasi masalah itu sendiri bisa bekerja sama dengan MUI. Kerja sama dilakukan di bidang pembinaan melalui pengajian, melalui diskusi, dialog berbagai forum, dan juga bisa dengan penerbitan buku.

"Jangan sampai kita terlambat dan nantinya menjadi pekerjaan yang merepotkan. Bukan memberangus demokrasi, tapi menjaga supaya demokrasi masih dalam koridor. Demokrasi bukan berarti tak terbatas tapi dalam kesepakatan-kesepakatan kebangsaan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement