Selasa 04 Jul 2017 18:24 WIB

Limbah Jagung Dibuang Sayang, Gunakan untuk Kepiting Bakau

Kepiting bakau
Foto: Dok IPB
Kepiting bakau

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Negara maritim merupakan salah satu julukan untuk negara Indonesia di samping negara megabiodiversitas, kepulauan, maupun paru-paru dunia. Tidaklah mengejutkan bila julukan tersebut melekat pada negara yang memiliki luas perairan hampir 70 persen  dari total luas wilayahnya.

Menyadari akan besarnya potensi  perikanan di Indonesia, pemerintah bertekad memajukan  industri perikanan. Bahkan menurut Menteri Perindustrian  Hartarto, industri pangan berbasis perikanan masuk ke dalam sektor prioritas berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Perikanan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035.

Sekelompok mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Tri Setya Prabowo, Yunika Andina, Rama Ramzhani, Yanuardhi Prabu Wicaksono, dan Akbar Ridho Yosanto dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian 2017 (PKM-P) membuat sebuah penelitian mengenai teknologi biofiltrasi yang memanfaatkan limbah kulit jagung untuk budidaya kepiting bakau (Scylla serrata).

Siaran pers IPB yang diterima Republika.co.id, Selasa (4/7) menyebutkan, penelitian  tersebut menggunakan teknologi biofiltrasi berupa resirkulasi. Resirkulasi  merupakan salah satu cara untuk menjaga kualitas air dengan memberikan alat penyaring di luar wadah pemeliharaan kepiting bakau.

Para mahasiswa tersebut membuat sistem resirkulasi dengan menyelipkan kulit jagung yang telah dikeringkan dalam alat penyaring mereka dimana digunakan pula bahan lain seperti kapas filter, pasir malang dan batu zeolith.

Pembuatan wadah resirkulasi dibuat guna memelihara air media pemeliharaan dalam kualitas optimum dan mengurangi sisa feses dan pakan dalam wadah pemeliharaan kepiting. Selama proses pemeliharaan, kepiting bakau diberikan pakan berupa ikan rucah (ikan selar) yang diperoleh dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke, Jakarta. Pakan ikan selar diberikan setiap hari sebanyak empat kali. Jumlahnya 10 persen  dari biomassa.

“Kami memilih limbah jagung sebagai bahan penyaring karena limbah kulit jagung cukup banyak di pasaran dan sebagian besar akan dibuang saja. Selain itu juga kami melihat potensi kulit jagung yang besar,” ujar Tri Setya Prabowo yang merupakan ketua kelompok penelitian tersebut.

Mengutip data BPS, Tri menyebutkan, tahun 2015 saja Indonesia dapat menghasilkan 19.611.704 ton jagung. Komposisi kulit jagung terdiri atas 15 persen  lignin; 5,09 persen abu; 4,57 persen alkohol-sikloheksana; dan 44,08 persen  selulosa. “Kulit jagung yang berserat tinggi sangat berpotensi untuk dijadikan media penyaringan air, seperti halnya limbah pertanian lainnya yaitu sekam padi dan ampas tebu,” kata Tri.

Tri menambahkan, timnya  berharap  penelitian ini selain dapat meningkatkan kualitas budidaya kepiting bakau dengan alternatif limbah kulit jagung sebagai media penyaring, dapat juga meningkatkan nilai ekonomis kulit jagung. “Sehingga,  ke depannya kulit jagung dapat dilirik oleh industri perikanan dan tidak hanya berakhir di tempat pembuangan saja,” tutur Tri Setya Prabowo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement