Senin 22 May 2017 22:21 WIB

Prodi KPI STAIPI Bandung Bertekad Cetak Sineas Film Dakwah

 Ketua STAIPI Bandung Dr Nurmawan  (kedua dari kanan) berbicara dalam Seminar Dakwah Kontemporer.
Foto: dok Staipi
Ketua STAIPI Bandung Dr Nurmawan (kedua dari kanan) berbicara dalam Seminar Dakwah Kontemporer.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG  --  Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Bandung Dr Aang Ridwan mengungkapkan, dakwah memiliki dua karakter, yakni adaptif dan dinamis. Adaftif, kata dia, dakwah Islam selalu beradaptasi dengan berbagai realitas sosial dan kebudayaan yang mengintarinya.

"Mudah diterima di berbagai daerah dan zona kebudayaan dan sangat terbuka terhadap unsur-unsur perubahan budaya baik yang diakibatkan oleh globalisasi, modernisasi, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi," ujar Aang dalam Seminar Dakwah Kontemporer bertajuk "Prospek dan Tantangan Dakwah Melalui Media Film dan Televisi di Tanah Legenda” yang digelar Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) STAIPI Bandung, Senin (22/5).

Sedangkan, menurut Aang, yang dimaksud dinamis adalah praktik dakwah Islam berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Selain itu, papar dia, terbuka terhadap perubahan dalam budaya dan gaya hidup masyarakat kontemporer yang disebabkan oleh proses industrialisasi dan urbanisasi yang kemudian membentuk kebudayaan baru yang disebut dengan budaya populer (popular culture).

Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam STAIPI Bandung, Nurdin Qusyaeri mengungkapkan, seminar tersebut digelar sebuah kesadaran akan sebuah kebutuhan. "Kebutuhan, baik di internal kampus, khususnya KPI maupun di internal jami’iyyah Persis itu sendiri," tutur dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Senin (22/5).  Seminar itu dihadiri 500 peserta yang terdiri dari jamaah Persis beserta badan otonomnya dan mahasiswa baik dari STAIPI maupun dari luar.

Menurut Nurdin, Program Studi KPI STAIPI bercita-cita melahirkan lulusan yang bisa melahirkan karya-karya film  atau sineas yang bernafaskan dakwah. Selain itu, kata dia, mampu melahirkan sosok muballigh-muballigh yang akrab dengan dunia televisi. "Atau ahli di bidang dakwahtainment. Karena sampai saat ini belum banyak muballigh Persis yang 'intim' dengan dunia televisi," ungkapnya. Hingga saat ini, tutur dia, Persis belum memiliki televisi.

Seminar itu dibuka dengan penayangan dua film karya mahasiswa STAIPI berjudul "Cuangki for Change". Film ini mengangkat kisah nyata mahasiswa KPI bernama Hasanudin yang kesehariannya menjual cuangki untuk menghidupi kuliahnya dan membiayai lima adiknya. Selain itu, diputar pula film berjudul "Halte Impian" yang berkisah tentang penyadaran kepada warga akan pentingnya dunia baca dan menjaga kebersihan di halte.

Sedianya, seminar ini akan dihadiri Wakil Gubernur Jawa Barat,  Deddy Mizwar. Namun karena berhalangan, Pemprov Jabar mengutus Edi Setiadi dari Dinas Disparbud Jawa Barat. Dalam seminar itu, Ketua STAIPI Bandung Dr Nurmawan mengupas sejarah dakwah Persis di awal kelahirannya. Menrut dia, corak gerakan Persis disebut dengan gerakan puritan yang memiliki artian pemurnian atau pembersihan.

“Saya sengaja sampaikan sejarah awal dakwah Persis karena yang ada di hadapan saya adalah para kader generasi jamiyah masa saat ini dan yang akan datang," tutur doktor lulusan UIN SGD ini. Nurmawan meminta agar STAI Persis Bandung bisa menjalin MoU dengan Dinas Parawisata Jabar sebagai tindak lanjut seminar tersebut. Perwakilan Disparbud Jawa Barat, Edi Setiadi menyambut tawaran kerja sama itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement