Selasa 16 May 2017 19:55 WIB

IPB Dinilai Sudah Sangat Perlu Bertransaksi Nontunai

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ilham
Rektor IPB Herry Suhardiyanto
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Rektor IPB Herry Suhardiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Rektor IPB menilai Kampus IPB sudah perlu bertransaksi nontunai. Layanan ini akan membantu mahasiswa bertransaksi dengan data yang terekam secara digital.

Rektor IPB, Herry Suhardiyanto menyambut baik usulan Ustadz Yusuf Mansur agar IPB segera mengelektronifikasi trasaksi di lingkungan kampus. Apalagi, banyak program di IPB, antara lain Green Transportation seperti sepeda atau bus.

Semua itu butuh sistem pembayaran terukur dan direkam secara digital. Belum lagi kebutuhan lain di kampus. Memakai uang, lembaran uang bisa keliling dari kantin hingga toilet umum.

Layanan transaksi nontunai juga bisa membantu mahasiswa dhuafa sehingga mereka tenang tak punya uang. ''Tinggal tambah saja dari LAZ atau lembaga lain. Dari Pemerintah juga bisa juga tambah saja. Bidik Misi tiga bulanan sementara transaksi harian, kasihan,'' kata Herry usai Tasyakur Peluncuran Departemen Ilmu Ekonomi Syariah di IPB Convention Center, Selasa (16/5).

Guru Besar IPB, Didin Hafidhuddin mengatakan, dalam ekonomi syariah ada kaidah dalam muamalah untuk memerhatikan apa yang tidak boleh, seperti tidak ada ghoror, riba, zhalim, dan batil. Muamalah membuka ruang ijtihad sementara ibadah tidak boleh ada ijtihad karena yang diperhatikan apa yang diperintahkan saja. ''Ruang kreasitivitas dibuka dalam muamalah,'' kata Ustadz Didin.

Ia mengapresiasi upaya Ustadz Yusuf Mansur mengembangkan kanal transaksi daring yang sesuai syariat. Ini jadi contoh, pengusaha Muslim juga bisa bicara triliunan dan punya bisnis bernilai triliunan. ''Kalau ada yang kurang, disempurnakan. Karena tujuan bisnisnya sangat bagus agar aset tidak terkonsentrasi pada satu orang atau kelompok tertentu. Kita dukung hal semacam ini,'' kata Ustaz Didin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement