Senin 08 May 2017 20:39 WIB

UAD Genjot Dosen Bergelar Doktor

Para peserta Workshop on PhD Supervision di University Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM), Johor Baru, Malaysia.
Foto: Dwi Santoso
Para peserta Workshop on PhD Supervision di University Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM), Johor Baru, Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama University Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) baru-baru ini menggelar 'Workshop on PhD Supervision'. Kegiatan yang dilaksanakan selama 11 hari pada 6-16 Mei di UTHM Johor Baru, Malaysia, tersebut diikuti oleh beberapa dosen UAD yang bergelar doktor dari berbagai fakultas seperti ekonomi, pendidikan, psikologi, teknik industri, dan lain-lain.

Workshop ini bertujuan untuk memberikan bekal yang cukup kepada dosen-dosen UAD dalam membimbing teman sejawatnya yang sedang ataupun akan mengambil S3 di universitas-universitas Malaysia. Dosen yang mengikuti workshop akan diberi sertifikat dan berhak menjadi co-supervisor untuk membimbing S3 di universitas-universitas Malaysia.

"Dengan adanya co-supervisor dari teman sejawat diharapkan akan memberikan semangat yang besar bagi para dosen UAD untuk tidak ragu dalam mengambil studi S3," ujar Kepala Program Internasional UAD Yogyakarta, Dwi Santoso, kepada Republika, Senin (8/5).

Untuk meningkatkan eratnya hubungan UAD dengan UTHM Malaysia, Rektor UAD Dr Kasiyarno rencananya akan bertandang ke UTHM Malaysia pada tanggal 14 Mei mendatang untuk melakukan penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara UAD dan UTHM yang nantinya juga akan diikuti kunjungan Rektor UTHM Malaysia ke UAD untuk penandatanganan MoU antara kedua belah pihak. 

Langkah strategis UAD ini diharapkan dapat diikuti oleh universitas-universitas lain di Indonesia khususnya yang belum memiliki program S3, sehingga dapat membantu pemerintah dalam mencapai target dosen yang bergelar doktor yaitu 20 persen dari total dosen pada tahun 2025. 

Peningkatan dosen yang bergelar Doktor atau PhD bagi universitas di Indonesia adalah suatu keharusan karena jumlah dosen yang bergelar Doktor masih sangat kurang dibanding dengan jumlah dosen yang ada. Data dari Kemenristek  Dikti per April 2017 menunjukan bahwa jumlah dosen Indonesia yang bergelar doktor masih tertinggal dibanding dengan negara-negara tetangga di Asia, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, apalagi Jepang. 

Pada saat ini Indonesia hanya memiliki sekitar 31 ribu dosen yang bergelar Doktor dari 270 ribu dosen baik yang telah memiliki  Nomer Induk Dosen Nasional (NIDN) maupun Nomer Induk Dosen Khusus (NIDK) atau sekitar 11,48 persen dari keseluruhan jumlah dosen yang ada. 

Melihat ketimpangan itu, pemerintah melalui Kemenristek Dikti telah berupaya untuk meningkatkan jumlah rasio dosen yang ada yaitu dengan memberikan berbagai macam beasiswa kepada dosen untuk mencapai target ideal yaitu 52 ribu doktor di tahun 2025 atau sekitar 20 persen dari total jumlah dosen yang ada. 

Namun demikian, tidaklah mudah bagi dosen untuk mendapatkan beasiswa S3 dari Kemenristek Dikti karena berbagai macam alasan seperti batasan umur, kemampuan bahasa asing, dan berbagai sarat lainnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement