Rabu 22 Mar 2017 17:12 WIB

ITB Anugerahi Gelar Doktor Kehormatan untuk Peraih Nobel Kimia

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Dwi Murdaningsih
peraih nobel Kimia tahun 2003, Prof. Peter Agre (kiri).
Foto: REUTERS/Jonathan Ernst
peraih nobel Kimia tahun 2003, Prof. Peter Agre (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menganugerahi gelar doktor kehormatan kepada peraih nobel. Kali ini peraih nobel Kimia tahun 2003, Prof. Peter Agre dianugerahi gelar doktor kehormatan oleh ITB.

Penganugerahan gelar doktor resmi diberikan usai Prof. Petter Agre memaparkan materinya dalam sidang terbuka di Sasana Budaya Ganesha, Rabu (22/3). Sidang ini dihadiri langsung oleh Rektor ITB Kadarsah Suryadi dan jajaran rektorat lainnya.

Rektor Kadarsah mengatakan penganugerahaan ini diberikan ITB karena besarnya karya dan dedikasi Petter dalam ilmu pengetahuan khususnya sains.  

"Prof Peter Agre dianugerahi Doktor kehormatan oleh ITB, berkat karya dan dedikasi yang luar biasa dalam mengembangkan bidang Biokimia serta memberikan manfaat yang luas bagi kemanusiaan," kata Kadarsah.

Selain itu, sebagai tokoh sentral dunia dalam bidang biokimia, Kadarsah mengatakan Peter Agre juga diangkat sebagai Adjunct Professor ITB dalam bidang Kimia.

"Petter dianugerahi Hadiah Nobel tahun 2003 dalam bidang Kimia untuk karyanya yakni saluran-saluran dalam membran sel tentang aquaporins yang mencapai sampai ke tingkat atom," ujarnya.

Prof Petter Agre menyampaikan materi bertema 'Aquaporin Water Channels'. Profesor dalam bidang kedokteran di Johns Hopkins University School of Medicine ini memaparkan bahwa sel-sel tubuh harus berisi saluran khusus untuk menyalurkan air.

Dalam karyanya ini digambarkan biokimia modern dalam pencariannya untuk memahami proses dasar kehidupan. Bahwa sel-sel tubuh harus berisi saluran khusus untuk mengangkut air telah diduga seja pertengahan abad ke-19. Namun, hal ini dibuktikan oleh Prof Agre bersama Prof. Roderick yang berhasil mengisolasi protein membran yang ia ketahui sebagai saluran air dari dan ke sel-sel tersebut.

"Penemuan ini membuka pintu untuk seluruh rangkaian kajian penting dalam biokimia, fisiologis dan genetik dalam memahami banyak penyakit misalnya ginjal, jantung, otot, sistem saraf, mata dan kelenjar sekretori," ujar Petter.

Penelitiannya ini dilanjutkan untuk malaria, yang mengkaji kemungkinan pemanfaatan aquaporins sebagai sarana pengobatan atau pencegahan penyakit. Hasil yang diperoleh sangat menggembirakan dan kemudian difokuskan pada malaria sebagai daerah utama penelitiannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement