Selasa 17 Jan 2017 18:05 WIB

150 Mahasiswa UMM Pentaskan Puisi Penyair Ternama

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Puisi (Ilustrasi)
Foto: breadnmolasses
Puisi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Sebanyak 150 mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membawakan 45 puisi dari sejumlah penyair ternama. Pementasan dan musikalisasi puisi ini berlangsung di Gedung Kuliah Bersama (GKB) 1 UMM, Senin-Rabu (16-18/1).

Kegiatan ini merupakan inovasi Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah membaca puisi. Dosen pengampu mata kuliah tersebut, Hari Sunaryo, menyatakan, pementasan ini mengajarkan mahasiswa untuk bisa membaca sastra. Bukan hanya membaca secara tertulis, melainkan juga membaca subtansinya.

Menurut Hari, jika hanya belajar teori tanpa praktik, maka puisi tidak akan bisa hidup. Calon guru bahasa dan sastra Indonesia diharuskan bisa menguasai pertunjukkan puisi. Sebab, di sekolah nantinya guru dituntut menyelenggarakan pementasan puisi.

Pementasan merupakan salah satu bentuk ketrampilan riil yang difasilitasi prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tujuannya, untuk membekali calon guru agar lebih profesional. “Tidak mungkin seorang guru bahasa Indonesia tidak bisa membaca puisi. Nah, di prodi ini kita tempa mahasiswa untuk menjadi profesional,” kata dia, melalui siaran pers, Selasa (17/1).

Hari menambahkan, melalui pementasan ini mahasiswa dituntut lebih banyak menampilkan kreativitas. Sebab, semua keperluan pementasan dikerjakan mahasiswa, mulai dari desain ruangan, alur cerita puisi, pemilihan puisi hingga kostum dan tata rias. “Jadi, selama 30 menit setiap kelompok akan menampilkan puisi dengan hasil usaha mereka sendiri,” kata dosen yang menjabat Wakil Dekan III FKIP UMM tersebut.

Salah satu mahasiswa yang turut serta dalam pementasan, Indah Rahayuning Tyas mengaku tetap grogi meski sudah satu bulan menjalani masa latihan. Sebab, dalam pementasan akan ditonton banyak orang. “Rasanya campur aduk antara senang akan tampil dan grogi karena takut tidak bisa menyampaikan pesan dari puisi karya Kahlil Gibran,” kata Tyas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement