Selasa 06 Dec 2016 15:46 WIB

Kampus Klaim Siap Jalankan Prodi Dokter Layanan Primer

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang anak diperiksa gigi pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) yang digelar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), dan Unilever Indonesia, di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unpad, Kota Bandung,
Foto: Republika/Edi Yusuf
Seorang anak diperiksa gigi pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) yang digelar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), dan Unilever Indonesia, di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unpad, Kota Bandung,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum guru besar Fakultas Kedokteran dari sejumlah perguruan tinggi menyatakan kesiapannya membuka program studi Dokter Layanan Primer (DLP). Karena itu, guru besar fakultas kedokteran dari berbagai perguruan tinggi itupun menemui Menteri Kesehatan Nila Moeloek untuk menyampaikan dukungan pelaksanaan program DLP ini.

Menurut Ratna Sitompul, dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), sejak 2015 tercatat terdapat sekitar 17 fakultas kedokteran dari berbagai universitas yang menyatakan kesiapannya mendirikan program studi DLP.

"Sebetulnya pada tahun 2015 pada hari kesehatan nasional kurang lebih ada 17 fakultas kedokteran yang sudah menyatakan kesiapan mereka untuk ikut mendirikan prodi DLP... Sehingga sebetulnya untuk mendirikan prodi ini kami sudah siap," kata Ratna di gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa (6/12).

Salah satu persiapan Universitas Indonesia (UI) untuk menjalankan pembukaan prodi DLP ini yakni UI telah menyusun kurikulum yang sesuai kompetensi DLP, serta menyiapkan sumber daya manusia sebagai tenaga pengajar. Selain itu, lanjut dia, UI juga bekerjasama dengan dinas kesehatan DKI Jakarta untuk menyiapkan wahana pembelajaran yakni melalui puskesmas-puskesmas yang sudah terakreditasi.

"Puskesmas ini merupakan wahana yang baik untuk dijadikan wahana DLP. Kami juga butuh bimbingan dokter yang membimbing pada saat mereka di puskesmas. Oleh karena itu, kami akan menggunakan kurang lebih sebagian dari 150 dokter yang telah melakukan training of trainer," kata dia.

Pradana Soewondo dari Universitas Indonesia (UI) menambahkan program DLP ini dibutuhkan untuk menjawab tantangan masalah kesehatan yang semakin berkembang di Indonesia. Ia mengatakan, seiring dengan perkembangan zaman, tantangan dalam masalah kesehatan pun juga berubah.

"Waktu saya lulus yang saya hadapi penyakit diare, malaria, infeksi, dll. Tapi dengan berjalannya waktu masalah kesehatan di Indonesia sudah berubah, penyakit menular menurun dan penyakit tidak menular meningkat. Tantangan berubah. Bahkan kita mengalami epidemi diabetes, obesitas, dll," ujar Pradana.

Program DLP ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas dokter di layanan kesehatan primer. Pelayanan yang berkualitas pun, kata dia, membutuhkan ketrampilan dan kemampuan yang lebih khusus.

"Saya kira ini kesempatan yang baik untuk meningkatkan kualitas layanan kita dengan dokter layanan primer yang setara dengan spesialis. Dokter layanan primer itu nantinya dapat berkomunikasi dengan baik dengan dokter layanan lanjutannya," kata dia.

Sementara itu, Yuda Turana, dekan Fakultas Kesehatan Universitas Atmajaya mengatakan program DLP dapat mendorong penguatan dokter di layanan primer, khususnya dalam menghadapi berbagai macam penyakit kronis.

Dukungan pelaksanaan program Dokter Layanan Primer (DLP) ini juga turut disampaikan oleh perguruan tinggi lainnya, di antaranya Universitas Padjajaran dan juga Universitas Gadjah Mada (UGM).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement