Kamis 27 Oct 2016 16:53 WIB

MGPS Kelima Libatkan Beragam Unsur Partisipan

UMY
Foto: Yusuf Assidiq
UMY

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mahathir Global Peace School (MGPS) kembali bakal berlangsung di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dalam kegiatan yang digelar bekerja sama dengan Perdana Global Peace Foundation (PGPF) Malaysia ini, pesertanya akan berbeda dengan MGPS sebelumnya. 

Jika pada MGPS sebelumnya hanya melibatkan mahasiswa atau peneliti, maka pada MGPS kelima nanti partisipan yang dilibatkan akan lebih beragam. “Karena berasal dari berbagai unsur kalangan, seperti institusi, pemerintahan, mahasiswa dan dosen, aktivis, jurnalis, peneliti, maupun NGO-NGO yang bergerak dan concern di bidang perdamaian dan resolusi konflik,” ujar penanggung jawab MGPS, Sri Atmaja P Rosyidi, Kamis (27/10). 

Dijelaskan, MGPS kelima berlangsung pada 25 November hingga 5 Desember mendatang. Menurutnya, dengan melibatkan lebih banyak unsur partisipan, bertujuan sebagai langkah agar masyarakat umum dapat mengetahui isu perdamaian dunia. 

Pada tahun ini, MGPS mengusung tema ‘Peace and Inter-religious Dialogue in Worldwide Education’. Awalnya, ujar dia, MGPS dibuat sebagai sekolah singkat (short course) yang bertujuan untuk mengkaji kajian perdamaian. Karena itu target awal peserta adalah mahasiswa tingkat akhir dari berbagai jurusan, mahasiswa pascasarjana, atau peneliti. 

Namun kemudian, menurut pihaknya, jika kajian perdamaian hanya dilakukan dari kalangan kampus atau akademisi saja, maka isu tentang perdamaian dunia, penyelesaian konflik, dan dialog antar agama hanya akan memliki lingkup yang kecil, hanya terbatas di kampus. 

“Sehingga misi untuk mewujudkan perdamaian dunia ini tentunya belum tersampaikan kepada masyarakat. Untuk itulah kami menambah partisipan dari unsur-unsur lain tersebut," kata Sri Atmaja, dalam siaran persnya.

Meski menurutnya hasil dari kegiatan seperti MGPS tersebut tidak bisa dipanen dalam waktu sekarang, tapi setidaknya pihaknya bisa ikut menciptakan sebuah generasi masa akan datang. "Generasi yang memahami bahwa peace atau perdamaian itu mungkin untuk diwujudkan.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement